Sejak tahun 2022, sekelompok ulama perempuan muda berperspektif feminis di Garut, Jawa Barat, Indonesia, memulai misi penting untuk mengatasi kekerasan berbasis gender dan seksual (KBGS) melalui pendidikan, pendampingan, dan advokasi. Upaya mereka didukung oleh Koalisi Generation Gender Indonesia, sebuah inisiatif kolaboratif yang bertujuan memajukan kesetaraan gender di berbagai ranah kehidupan masyarakat. Gerakan transformatif ini ditandai dengan pengembangan modul pendidikan khusus yang dirancang untuk memberdayakan pemimpin agama perempuan dalam menangani isu-isu keadilan gender secara efektif.
“Sebagai ulama perempuan muda, peran kami lebih dari sekadar advokasi. Kami mendefinisikan ulang arti kepemimpinan di komunitas kami dengan memastikan suara perempuan berada di garis depan dalam mencegah kekerasan seksual dan menciptakan rasa aman bagi semua.” — Ai Nur Maulidah, UPM MTs Nurul Huda Garut
Inisiatif yang dipimpin oleh para ulama muda ini telah mendorong pemberdayaan komunitas melalui berbagai strategi inovatif. Salah satu pencapaian kunci mereka adalah pembentukan Gender Studies Circle di pondok pesantren, yang menjadi wadah bagi santri laki-laki untuk berdiskusi tentang isu gender.
Inisiatif ini juga mendorong pemahaman yang lebih inklusif mengenai peran gender dalam konteks keagamaan, sekaligus menumbuhkan budaya saling menghargai dan berdialog antar gender. Selain itu, penciptaan ruang aman untuk berdiskusi memungkinkan para santri menyampaikan pengalaman dan tantangan mereka terkait gender dan KBGS, serta meningkatkan kesadaran di lingkungan sekitarnya.
Pengenalan kelas “Gender dan Islam” di lembaga seperti Pesantren As-Samam di Ciamis turut membekali para santri dengan pengetahuan mengenai keadilan gender dari perspektif Islam, menantang narasi tradisional, dan mendorong pandangan yang lebih setara tentang peran laki-laki dan perempuan.
Implementasi kebijakan juga memainkan peran penting dalam mendorong keadilan gender di komunitas keagamaan. Para ulama perempuan muda berperan penting dalam menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan kekerasan seksual, khususnya di komunitas seperti Swara Saudari di Purwakarta dan di Pesantren Nurul Huda di Garut. SOP ini memberikan pedoman yang jelas bagi institusi dan komunitas dalam menangani kasus kekerasan dan memastikan korban mendapatkan dukungan yang diperlukan.
“Pentingnya SOP di sekolah adalah agar setiap kasus kekerasan, termasuk kekerasan seksual, ditangani secara tepat dan transparan. Dengan komitmen kuat dari seluruh komunitas sekolah, kami optimistis kekerasan di madrasah bisa ditekan secara signifikan.” — Himas Ketida, Kepala Sekolah MTs Nurul Huda Garut
Keberhasilan dalam menyusun dan mengimplementasikan SOP ini telah menjadi preseden penting dalam penanganan KBGS dan mendorong komunitas lain untuk mengadopsi langkah serupa demi meningkatkan keamanan dan akuntabilitas.
Pencapaian para ulama muda ini juga mendapat pengakuan yang lebih luas, memperkuat pengaruh dan dampak mereka di tingkat nasional dan internasional. Beberapa dari mereka tampil sebagai pendakwah perempuan terkemuka di platform seperti cariustadz.com, yang menyoroti pemimpin agama perempuan yang mengadvokasi keadilan gender dalam ajaran Islam. Pengakuan ini menguatkan suara mereka dan memberikan panggung untuk menyampaikan perspektif mereka tentang KBGS dan kesetaraan gender, serta berkontribusi dalam normalisasi kepemimpinan perempuan dalam konteks keagamaan.
“RAHIMA melihat ulama perempuan muda sebagai aktor kunci dalam membangun narasi keagamaan yang lebih adil gender. Kami mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan besar, terutama di lingkungan sosial dan media yang masih sangat konservatif. Dengan pendidikan yang mendalam dan dukungan dari ulama senior, mereka mampu membawa perubahan nyata di komunitas dan madrasah.” — Pera Sopariyanti, Direktur RAHIMA
Selain mendapat visibilitas, banyak ulama perempuan muda juga memperoleh beasiswa akademik, termasuk untuk studi doktoral, atas kontribusinya di bidang studi gender dan kepemimpinan keagamaan. Beasiswa ini tidak hanya mendukung pengembangan pribadi mereka, tetapi juga memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin dan cendekiawan yang berpengaruh di komunitasnya. Dengan melanjutkan pendidikan tinggi, mereka dapat berkontribusi pada riset dan wacana tentang keadilan gender serta memperluas dampak advokasi mereka.
Tak hanya itu, para ulama perempuan muda juga aktif memanfaatkan media sosial sebagai sarana advokasi, menyadari pentingnya platform digital dalam menjangkau khalayak yang lebih luas.
“RAHIMA menyadari bahwa media sosial adalah ruang yang sangat penting bagi ulama perempuan muda untuk menyuarakan dakwah berkeadilan gender. Mereka tidak hanya berdakwah secara langsung di komunitasnya, tetapi juga aktif di media sosial untuk menanggapi narasi konservatif dan mengadvokasi penghapusan kekerasan berbasis gender, khususnya di kalangan anak muda.” — Pera Sopariyanti, Direktur RAHIMA
Pendekatan ganda—menjangkau komunitas secara langsung dan melalui media daring—telah memperkuat pesan mereka serta mendorong diskusi publik tentang keadilan gender dan pencegahan KBGS.
Melalui strategi inovatif dan komitmen yang kuat, para ulama perempuan muda telah mencatat kemajuan penting dalam memperjuangkan keadilan gender di Indonesia. Karya mereka tidak hanya memberdayakan individu, tetapi juga menantang norma sosial yang telah lama mengakar, membuka jalan menuju masa depan yang lebih setara.
Didukung oleh organisasi seperti Yayasan Gemilang Sehat Indonesia dan RAHIMA dalam kerangka Program Generation Gender, para pemimpin muda ini menunjukkan potensi aktor-aktor keagamaan—baik laki-laki maupun perempuan—dalam mendorong perubahan dan memperkuat wacana keadilan gender. Upaya mereka mencerminkan pergeseran budaya yang signifikan, di mana kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan seksual kini menjadi bagian dari nilai-nilai yang diajarkan di madrasah, membentuk generasi baru yang menghormati dan melindungi martabat semua orang.
Kisah ulama perempuan muda di Indonesia menunjukkan dampak besar yang dapat ditorehkan oleh advokasi akar rumput dalam mengatasi kekerasan berbasis gender di lingkungan keagamaan. Dengan menekankan pendidikan, pendampingan, dan kolaborasi, para pemimpin muda ini mengubah cara pandang masyarakat terhadap keadilan gender dan menciptakan lingkungan yang mendukung serta memberdayakan.
Meski menghadapi tantangan yang tidak ringan, pencapaian mereka membuktikan bahwa anak muda, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di komunitas dan di luar itu.
YGSI di Indonesia berharap bahwa kisah ulama perempuan muda ini dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain, khususnya yang masih menjadikan agama sebagai fondasi utama nilai sosial, untuk mengadopsi pendekatan serupa. Di banyak wilayah, kepercayaan dan praktik tradisional dapat memperkuat sikap yang merugikan terhadap kesetaraan gender. Dengan menampilkan keberhasilan ulama perempuan muda di Indonesia, YGSI ingin menunjukkan bahwa pemimpin dan komunitas keagamaan bisa menjadi penggerak utama dalam mentransformasikan norma-norma yang membelenggu.
Pengalaman para ulama ini menegaskan pentingnya memanfaatkan ajaran dan nilai agama sebagai alat untuk memperjuangkan keadilan gender. Aktivisme mereka menunjukkan bahwa pendekatan berbasis agama dapat memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan menciptakan lingkungan yang lebih setara. YGSI percaya bahwa dampak positif dari para ulama perempuan muda di Jawa Barat akan mendorong perubahan progresif di provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Dengan mengembangkan inisiatif serupa, YGSI yakin bahwa upaya awal ini dapat membentuk kerangka kerja yang mendukung kepemimpinan anak muda dalam menantang praktik yang merugikan di komunitasnya. Seiring berkembangnya inisiatif ini, dampaknya tidak hanya terasa di tingkat lokal, tetapi juga menjadi contoh kuat bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa.
Dengan demikian, kisah ulama perempuan muda di Jawa Barat memiliki potensi menciptakan efek domino yang mendorong gerakan global menuju kesetaraan gender yang berakar pada nilai-nilai kasih sayang dan keadilan yang dijunjung oleh berbagai tradisi keagamaan. (*)








