“Tiada masa-masa yang lebih indah dari masa remaja …”
Hai teman-teman, barangkali di antara kamu sudah nggak asing lagi dengan salah satu petikan lirik yang dinyanyikan oleh grup band HIVI!. Masa remaja, memang masa-masa yang paling indah. Mimin setuju banget nih. Tapi, barangkali beberapa di antara kalian ada yang merasa bahwa masa remaja itu fase yang membingungkan. Dibilang masih anak-anak, tapi ngerasanya bukan anak-anak. Dibilang sudah gede, tapi kadang ada yang bilang ’masih bocil juga, belum cukup umur deh kamu’. Wadidawww, rumit amat ya jadi human, mending jadi fruit aja deh kalo gini!
Hemmm maksudnya gimana sih?
Masa remaja membuat kita seperti memasuki kehidupan yang baru. Pikiran kita pun mulai berkembang sehingga kita juga mulai belajar untuk mengenali diri sendiri. Kalau teman-teman ingat, saat balita atau sekolah di TK, kita pernah mendengar lagu ‘if you’re happy and you know it clap your hands…if you’re happy and you know it stamp your feet…if you’re happy and you know it pat your head…if you’re happy and you know it and you really want to show it, if you’re happy and you know it pat your head’. Orang tua atau guru, saat itu dengan senang hati mengajak kita untuk mengenal tubuh lewat lagu. Tapi, yang menjadi pertanyaan sekarang, berapa banyak sih teman-teman yang diberitahu oleh orang tua, guru, atau kakak tentang perubahan-perubahan dan permasalahan yang teman-teman alami di masa remaja?
‘aduhhh, kayaknya nggak pernah kak. Malu mau nanya sama mama. Kadang aku kesal, aku kan sudah bisa menentukan hidupku, tapi kata mama, masih bilang aku anak-anak’. Baba-14 tahun, kelas 2 SMP.
Kamu dan Baba, tidak sendiri. Orang tua Baba dan barangkali juga teman-teman, sebenarnya punya niat baik untuk melindungi kalian. Namun, tidak semua bisa mengenali apa yaa ini namanya. Sebenarnya, remaja juga memiliki tantangan sesuai dengan tahap perkembangannya, yaitu[1]:
- Mencapai kematangan biologis dan seksual
- Perkembangan identitas diri
- Menetapkan kemandirian sesuai dengan lingkungan sosial-budaya
Salah satu tokoh psikologi yaitu Stanley Hall menyampaikan kalau periode remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke remaja (antara 12-20 tahun)[2]. Tentunya ada banyak perubahan yang terjadi yang kemudian berpengaruh pada kehidupan Sobat Remaja sekalian mulai dari sosial, emosional, seksualitas, hingga penguasaan pada bidang keahlian tertentu.
Mulai menarik kan pembahasannya? Secara singkat, tugas perkembangan remaja beserta perubahan-perubahan yang terjadi bisa teman-teman lihat gambar berikut ini
Perubahan fisik pada laki-laki
Perubahaan fisik pada perempuan
Sedangkan poin – poin berikut ini adalah perubahan pada aspek psikis/mental
- Mencari pergaulan di luar keluarga
- Mulai tumbuh minat sosial
- Mulai menemukan diri sendiri dan meneliti hidupnya
- Penemuan nilai dan sikap
- Daya pikir mulai menuju sifat-sifat abstrak
- Mengalami sikap tidak tenang, tidak seimbang, dan menunjukkan sifat yang bertentangan
Perubahan adalah proses alami dan wajar
Untuk perubahan fisik & seksualitas, eitsss perlu kamu ingat bahwa seksualitas di sini bukan mengajarkan tentang hubungan seks. Tetapi, bagaimana agar remaja mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas yang komprehensif, sesuai dengan tahap perkembangannya.
Kembali lagi ke perubahan dan tantangan yang dihadapi oleh remaja, sebenarnya ada salah satu poin yang bisa jadi pembahasan lebih lanjut nih, teman-teman. Remaja mengalami sikap tidak tenang, tidak seimbang, dan menunjukkan sifat yang bertentangan. Kirain orang dewasa aja yang nggak tenang hidupnya. Ternyata, remaja juga yaa.
Buat orang dewasa, barangkali permasalahan remaja adalah hal yang sepele dan tidak sebanyak beban hidup mereka. Tetapi, tahukah teman-teman bahwa remaja perempuan, ternyata sangat rapuh dalam hal berelasi secara sosial[3]. Relasi sosial, maksudnya cinta monyet? Eitsss, tunggu dulu. Relasi sosial teman-teman tidak melulu tentang pacaran cinta monyet. Relasi remaja juga bermacam-macam lho, mulai dari pertemanan, relasi di sekolah, dan juga keluarga, memberikan dampak kepada teman-teman remaja. Kalau nggak kuat menghadapinya, pikiran-pikiran negatif bisa muncul, seperti, depresi, melukai diri sendiri, atau bahkan yang lebih buruk adalah punya pikiran bunuh diri (https://sobatask.id/tag/depresi/).
Pada artikel Sobat ASK sebelumnya sempat dibahas tentang cyberbullying di ranah daring. Dampak nyata dari cyberbullying tersebut, terjadi pada artis Go Hara dan Suli yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Pada artikel ini, kita akan membahas permasalahan yang dihadapi remaja di dunia non-maya, salah satunya, sekolah.
Sekolah: adaptasi remaja bermula di sini
‘Kenapa sih sekolah’?
Kalau sebelumnya sudah sempat disinggung tentang masa transisi remaja dan perubahan fisik serta psikis yang mengikutinya, di sini kita akan bahas transisi remaja di lingkungan sekolah. Kebayang nggak sih dari sekolah SD selama 6 tahun, kemudian kita kecebur ke planet baru yang bernama SMP atau barangkali sobatASK yang membaca artikel ini, juga mengalami masa transisi ke bangku SMA. Pada titik transisi ini, mau nggak mau kita mengalami perubahan dalam kemampuan bersosialisasi.
Masih inget nggak betapa gugupnya pertama kali masuk sekolah? Hampir semua mengalaminya. Dan yang paling ngeselin adalah ketika punya pengalaman yang ‘unik’ ketika menjadi anak baru, misal, dikerjain kakak kelas pas orientasi sekolah. Oh iya, permasalahan remaja yang serius namun dianggap remeh(https://sobatask.id/2015/08/4-masalah-anak-muda-yang-sering-dianggap-remeh/), sebelumnya pernah dibahas pada artikel Sobat ASK. Namun, ada permasalahan yang juga terlihat remeh tetapi sebenarnya bisa menjadi permasalahan yang serius bagi anak remaja, di antaranya:
- Pembagian kamar di rumah
Permasalahan remaja di rumah, bukan hanya melulu karena faktor ketidakharmonisan orang tua. Kadang orang tua adem ayem aja, tapi ternyata ada masalah lain yang tidak disadari oleh orang dewasa sebagai hal yang sensitif. Sobat ASK khususnya remaja, berapa banyak sih di antara kalian yang sampai saat ini tidur di kamar yang terpisah dari kakak atau adik di rumah? Hemmm, tahukah teman-teman bahwa memiliki kamar ternyata merupakan suatu ‘kemewahan’ tersendiri buat remaja lho. Salah satu poin di atas mengenai fase perubahan psikis/mental remaja adalah menemukan diri sendiri dan mulai meneliti diri. Sedangkan pada fase perubahan fisik, remaja laki-laki mulai mengalami mimpi basah dan remaja perempuan mulai menstruasi.
Ada ketidaknyamanan yang muncul terkait fase perubahan psikis dan fisik tersebut. Pertama, barangkali kamu lagi ada masalah dengan teman di sekolah, kadang kita butuh ruang untuk menyendiri ketika sedang menangis dan merenung atas peristiwa yang terjadi. Sehingga, setelah masa ‘menyendiri’ tersebut selesai dan kondisi kalian sudah membaik, kalian siap untuk kembali lagi berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Kedua, ketika sudah mulai mengalami mimpi basah (laki-laki) dan menstruasi (perempuan), bisa jadi muncul rasa malu atau tidak nyaman ketika masih satu kamar dengan orangtua/saudara ‘waduhhh gimana nih mau ke kamar mandi??? maluuu’.
Mempunyai ruang sendiri memang perlu, tetapi tidak semua remaja bisa beruntung karena mungkin rumah yang ditempati memiliki kamar terbatas sehingga harus berbagi dengan kakak/adik di rumah.
- Komunikasi dengan keluarga di rumah
Menyampaikan pendapat kepada orang tua atau mungkin cara orang tua mengingatkan kita, juga bisa menjadi sumber konflik. Salah satu contoh, kalian mungkin sudah seharian berada di sekolah dengan tugas-tugas yang menumpuk. Sampai di rumah barangkali butuh istirahat sebentar, tetapi ada tuntutan dari orang tua untuk belajar sepulang sekolah. Sementara, tubuh butuh istirahat dan baru mau melanjutkan PR ketika malam hari.
‘Paling males kalau sudah pulang sekolah. Mama ngomel-ngomel katanya aku maen game mulu. Padahal, aku Cuma pengen maen sebentar abis sekolah. Disangka aku di sekolah mancing lele apa? Mamah nggak tahu sih, banyak PR dan capek belajar dari pagi sampe jam 3.’ – Fatih, 15 tahun –
Cerita Fatih, mungkin juga kita alami tapi kasus nya berbeda. Kalau kita tidak bisa menyampaikan secara terbuka kepada orang tua/keluarga dan mereka tidak bisa memahami kondisi kita, akhirnya muncul konflik komunikasi antara keduanya.
- Penolakan
Ketika masuk masa remaja, mulai timbul minat sosial untuk mencari pergaulan di luar keluarga atau yang bikin deg-deg an salah satunya adalah mulai punya gebetan. Pertama, menjadi anak baru, apalagi baru pindahan sekolah, ada kekhawatiran untuk menjalin pertemanan. Bahkan, masuk sekolah rasanya seperti mau masuk ke wahana menyeramkan. Lalu, belum lagi masalah naksir gebetan.
‘Gimana yah. Aku tuh suka sama adik kelasku, tapi, nggak pengen pacaran. Cuma mau bilang aja, aku suka! Tapi takut, nanti ditolak trus diomongin ke temen-temennya’. – Alfa, 14 tahun –
- Bullying di sekolah
Bullying ini bentuknya macem-macem. Ada yang verbal, seksual, dan fisik. Salah satu poin sebelumnya, adalah menjadi anak baru. Bisa jadi, ada aja teman di kelas yang iseng ke kamu, misal, diem-diem nuker seragam kamu dengan teman lain setelah selesai olahraga di luar kelas dan teman-teman di kelasmu hanya mendiamkan tidak ada yang membantu. Sebenarnya, sikap tersebut, merupakan bullying dalam bentuk verbal dan fisik.
Kemudian, mengolok-olok anggota bagian tubuh, keriting-gemuk-kurus-hitam-pendek-jerawatan-boneng, itu juga masuk ke dalam bullying seksual karena menyerang anggota tubuh secara verbal.
Tidak semua teman-teman di sekolah kadang sensitif lho sama apa yang terjadi dengan situasi remaja yang sudah punya masalah di rumah. Ketika di rumah uring-uringan karena masalah ringan atau bahkan masalah yang sangat berat sehingga sampai di sekolah mempengaruhi mood, justru kadang kita menjadi bahan bully-an karena memilih untuk diam dan nggak mau berinteraksi dengan teman-teman di sekolah. Buat teman-teman lain yang tidak sensitif, bisa jadi ini hal yang lucu dan kita dianggap baper ketika lagi sedih. Tapi sebenarnya di titik ini, kita merasa tidak layak diterima penduduk di planet bumi yang penuh warna ini.
Ternyata, remaja masalahnya banyak yaa. Lalu, bagaimana dampak nya ke remaja yaa?
Kenapa sih sekolah akhirnya menjadi lingkungan yang bisa punya pengaruh besar terhadap kondisi remaja? Masalah-masalah yang ada di poin tersebut, baru sebagian dan mungkin terdengar receh. Masa gitu aja, baper sih. Ketika mengalami masalah di rumah dan mulai uring-uringan, kalau kita nggak bisa mengatasi diri sendiri, efeknya bisa bertengkar dengan saudara atau orang tua di rumah, bahkan bisa terbawa bad mood sampai ke sekolah.
Sebagian besar waktu yang dihabiskan remaja, ada di lingkungan sekolah. Proses interaksi antara teman-teman dan guru turut mempengaruhi situasi psikis/mentalnya. Ada tiga kemungkinan ketika remaja memiliki permasalahan secara personal dan lingkungan keluarga/komunitasnya, yaitu, di sekolah jadi ikutan iseng yang kemudian merugikan teman lain, menjadi korban bullying, atau menjadi by stander (menyaksikan bullying yang terjadi tanpa melakukan tindakan apapun).
Ketika kebutuhan keamanan dasar di sekolah tidak terpenuhi, kadang kita merasa tidak nyaman dan gelisah sepanjang hari. Teman-teman yang sebenarnya bisa saling menjaga dan menciptakan ruang yang nyaman, justru menjadi kelompok yang menyebalkan atau menakutkan bagi remaja yang memiliki permasalahan pribadi. Ketika tidak muncul sensitifitas di kawan-kawan sekolah, hal ini bisa menyebabkan depresi bagi remaja dan bahkan ia memilih untuk mengakhiri hidupnya karena merasa adanya penolakan baik dari lingkungan rumah maupun sekolah. Kemungkinan terburuk adalah jika remaja tersebut nekad untuk mengakhiri hidupnya di sekolah.
Bullying di sekolah juga bisa menimbulkan vicarious trauma. Apa lagi yaa ini? Vicarious trauma muncul ketika kekerasan menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkungan sekolah, semua anak-anak akan terpengaruh. Meskipun tidak semua anak menjadi korban secara langsung, tetapi ada juga yang menjadi saksi atas kekerasan yang terjadi di sekolah.
Nah, dari gambaran di atas, perlu lho Sobat Remaja ASK membangun kesadaran dengan menjadi agen perubahan yang dimulai dari diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan peka jika melihat teman di kelas yang sepertinya sedang dalam kesulitan. Selain itu, buat Sobat Remaja ASK yang aktif OSIS, bisa lho memanfaatkan organisasi ini untuk mengajukan program yang mendukung ruang sekolah yang aman serta guru khusus yang dapat dipercaya dan memahami situasi remaja. Sehingga dapat meningkatkan minat belajar, tingkat perilaku pro-sosial yang lebih tinggi, dan tingkat kekerasan menurun. Selain itu, untuk mencegah bullying di sekolah dan juga membantu temanmu yang punya niat bunuh diri, juga bisa kamu baca melalui artikel-artikel di Website Sobat ASK yang di dalamnya juga menyediakan jasa berkonsultasi kepada konselor/psikolog. Konselor di sobat ASK akan menjawab pertanyaanmu dan ada juga sesi konseling live chat setiap hari senin, selasa, dan kamis dari jam 16.00 – 19.00 WIB. Kita tunggu yaa dan ini gratis!!!
Glosary
Bullying (perundungan):
perilaku berulang yang dimaksudkan untuk melukai seseorang baik secara emosional maupun fisik dengan serangak kepada ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, hingga kondisi fisik seseorang.
Bystander:
seseorang yang hadir pada suatu peristiwa namun tidak mengambil bagian dalam peristiwa tersebut.
Kesehatan Reproduksi:
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya.
Vicarious Trauma:
Dalam konteks terapi merupakan transformasi dalam diri terapis yang dihasilkan dari keterlibatan empatik dengan klien yang mengalami trauma.
Komprehensif:
sesuatu yang bersifat luas dan lengkap.
[1] https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC548185/
[2] http://www.psychologydiscussion.net/psychology/stages-of-development-of-psychology-of-people-at-different-ages-from-infancy-to-old-age/732
[3] Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin. (2004). Human Development 9th Edition. NY: Mc Graw Hill.