Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

My Body Is Mine! Merayakan Tubuhku dan Pikiranku

Bicara tentang perayaan tubuh dan pikiran, khususnya buat perempuan nih, memang masih jadi pe-er. Gimana tuh min, pe-er sekolah aja banyak, apalagi nih pe-er tubuh dan pikiran? Yaa gimana enggak jadi pe-er, dalam kehidupan sehari-hari saja kita masih sering digangguin sama hal-hal yang mengontrol tubuh dan kebebasan pikiran kita. Misalnya nih, komentar-komentar yang ngurusin cara kita berpakaian, bersikap, berpendapat, atau saat kita mengambil keputusan-keputusan dalam hidup. Kalau bahasa jaman sekarang nih, komentar julid alias mengomentari urusan dan kehidupan orang lain.

1 - Gemilang SehatBahkan mimin coba tanya ke teman-teman perempuan mimin (termasuk remaja perempuan), ternyata  masih banyak  aja yang dapat komentar-komentar julid baik di sosial media, maupun dilontarkan secara langsung oleh orang-orang terdekat. Buat yang pikirannya sudah biasa dengan komentar-komentar julid memang bukan masalah, tapi bagaimana kalau hal ini jadi merenggut hak kebebasan kita sebagai perempuan untuk berekspresi dan melakukan apa yang kita senangi? Kayaknya hal ini bisa menjadi masalah bersama nih. Berikut komen-komen yang berhasil mimin kumpulkan berdasarkan pengalaman dan cerita teman-teman remaja perempuan mimin:

‘Pakai baju itu yang sopan, kalau nggak mau digodain’

‘Ih kok pakai bajunya ketat, kan kamu gendut gak cocok lah’

‘Kamu beneran jadian sama dia? Kan dia jelek!’

‘Kenapa pilih jurusan kuliah itu? Emang mau jadi apa nanti?’

‘Pake jilbab, lebih cantik lho’

Eh serius lo nembak dia duluan? Gak malu? Kan cowo yang mustinya nembak cewe’

‘Kok gak pake liptint? Pucet lho mukanya. Cewe mah musti dandan’2 - Gemilang Sehat

Hmm.. tampaknya kita tak asing ya sama komentar-komentar diatas. Atau bahkan, kamu juga pernah menjadi sasaran empuk komentar tersebut? Sebenarnya apa sih yang membuat kita sering dikomentari begitu? Coba kita kulik yuk Sobat, beberapa komentar di atas. Misalnya komentar tentang pilihan berpakaian. Persoalan tubuh dan pilihan berpakaian, tampaknya semakin hari semakin jadi masalah yang sensitif ya. Kalau sudah ngomongin cara berpakaian, biasanya orang-orang di sekeliling kita pasti mendadak jadi moral fashion police. Saat terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan, pasti yang selalu disalahkan pakaian yang saat itu kita pakai. Padahal kan tidak terlepas dari pakaiannya, perempuan bisa saja menjadi korban pelecehan.

Itu baru soal pakaian. Belum lagi kalau kita jadian sama cowok atau cewek yang tidak sesuai dengan kriteria ‘pasangan idaman’. Tanpa kita sadari, tolok ukur kriteria pasangan idaman itu dibentuk oleh media yang biasa kita tonton dan mempengaruhi selera masyarakat. Kalau pacar kita enggak kayak di sinetron atau drakor dibilangnya enggak pantes deh. Padahal kan, perihal memilih pasangan adalah hak kita, dan menilai seseorang pun juga tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi, karena Nobody’s Perfect!

Lain lagi dengan urusan kuliah. Nah yang satu ini seringkali dirasakan sama yang bentar lagi jadi Maba alias  mahasiswa baru. Memikirkan masa depan itu penting, tetapi saat kita punya pilihan sendiri lalu kemudian diusik sama pertanyaan ‘Mau jadi apa?’, sebel enggak sih? Sebenarnya, di jaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini, profesi dan karir menjadi semakin lebih terbuka. Siapa yang nyangka sih, kalau Tasya Farasya si beauty vlogger yang ngetop di Youtube itu, ternyata punya background kedokteran gigi? Atau siapa yang tak kenal Kak Najwa Shihab, seorang pembawa acara berita yang terkenal dengan kepintarannya itu adalah seorang lulusan fakultas hukum. Nyambung nggak jurusannya? Enggak! Tapi mereka bisa menjalani passion yang akhirnya menjadi pilihan hidup mereka.

 

My Body is Mine: Perempuan Bebas Berekspresi dan Menentukan Pilihan

Komentar-komentar julid diatas, hanyalah sebagian kecil dari cerita mengenai tubuh dan pikiran kita yang ternyata sudah menjadi urusan orang lain. Bahkan, pandangan tentang norma-norma yang mengatur kehidupan perempuan ini terjadi di berbagai kelompok tanpa memandang usia, pendidikan, latar belakang ekonomi, termasuk kelas sosial apapun.

Seperti halnya dengan komentar-komentar julid yang mengatur pilihan hidup kalian. Barangkali orang-orang yang melontarkan komentar tersebut sebagai bentuk kepedulian mereka.Tetapi, yang terlupakan adalah Sobat ASK disini memiliki kedaulatan atas tubuh kalian, baik itu ekspresi dalam berpakaian, memilih pasangan, pekerjaan, dan berbagai pilihan hidup lainnya. Because, My Body Is Mine!

Mau bagaimanapun bentuk tubuhmu, dan apapun pilihan yang kamu tentukan untuk kebaikan hidupmu, enggak ada yang salah kok! Yang keliru adalah nilai-nilai permisif yang memberi angin atas tindakan tersebut dan dianggap oleh masyarakat sekelilingnya sebagai hal yang biasa (Susilo, 2002, p. 102).

3 - Gemilang Sehat

Banyak sekali pilihan-pilihan hidup kita yang dianggap tabu oleh masyarakat. Khususnya di Indonesia nih Sobat, sebagai negara yang menganut budaya Timur, masih sangat kental akan norma-norma yang mengatur perempuan dan laki-laki bertindak sesuai dengan sistem seks dan gendernya. Jika tidak, maka akan dianggap menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat.

Kalau kata seorang pemikir feminis bernama Rosemary Putnam Tong, dalam bukunya yang berjudul Feminist Thought, tuduhan-tuduhan seperti ini yang kemudian mematikan kebebasan pikiran. Perempuan Indonesia juga punya suara dan perjuangannya sendiri dalam melihat ketimpangan-ketimpangan yang terjadi terhadap tubuh dan pikirannya (Tong, 1998, p. xv).

Apa sih bedanya seks dan gender? Lalu apa ngaruhnya di kehidupan kita ya?

4 - Gemilang SehatKalau membaca referensi yang dijelaskan oleh salah satu tokoh feminis bernama Gayle Rubin, sistem seks dan gender adalah ‘suatu rangkaian pengaturan, yang digunakan oleh masyarakat untuk mentransformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia’ (Tong, 1998, p. 72).

Hayooo, mulai mumet kan? Tenang, sini mimin jelasin. Sederhanannya begini, seks adalah perbedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin yang dimiliki sejak lahir, sedangkan gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai dan budaya yang berlaku pada saat itu.

Misal, kita sering banget tuh dengar kalau cewek idaman itu harus pinter dandan, memakai baju yang sopan dan feminim, lemah lembut, penurut, dan berbagai anggapan lainnya. Bagi yang laki-laki nih, wah jangan harap deh kalian dibilang Cowok sejati kalau kamu masih suka cengeng, penakut, gak macho, dan gak berani nembak cewek duluan.

Sebenarnya hal-hal yang mimin sebutkan diatas itu disebut dengan gender. Gender berkaitan dengan nilai, posisi, peran, hubungan sosial, seorang laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh masyarakat, atau bahasa kerennya, ‘kontruksi sosial’. Nah, konstruksi sosial ini dipengaruhi oleh beberapa aspek, baik itu tempat, waktu, suku (ras), politik, ekonomi, sosial, budaya, dan interpretasi agama. Karena merupakan bentukan sosial, pembedaan gender sebenarnya tidak baku dan berlaku selamanya, sehingga bisa berubah sesuai dengan kondisi masyarakatnya.

 Karena peran gender perempuan seringkali dianggap lebih rendah dari pada laki-laki, dalam beberapa teori feminis, perempuan dianggap sebagai The others atau yang ‘liyan’ (Tong, 1998, p. 292). Ketika perempuan dianggap sebagai the others maka akan menimbulkan ketimpangan di masyarakat yang  masih menganggap bahwa perempuan tidak setegas laki-laki, emosian, pasif, tidak bebas memilih, dan bentukan sosial lainnya. Sehingga, potensi-potensi baik pada diri perempuan menjadi terhambat di berbagai bidang.

Begini salah, begitu salah! Rempong banget sih. Terus apa yang harus ku lakukan sebagai remaja perempuan?

Ketika bentukan sosial tentang bagaimana perempuan dan laki-laki harus berperan di masyarakat menjadi hal yang dianggap biasa, hal tersebut bisa menimbulkan konsep diri negatif lho, Sobat. Misal, ketika kamu ingin menembak cowok yang sudah beberapa bulan PDKT sama kamu, tapi kamu terlanjur khawatir dapat label ‘cewek terlalu agresif’, akhirnya kamu enggak bisa mengungkapkan perasaanmu. Gitu aja terus sampe lebaran kuda.Kamu juga jadi parno untuk berekspresi memilih pakaian yang disukai sesuai dengan gaya dan identitasmu. Misalnya, kamu pernah mengalami intimidasi dari lingkungan sekolah karena tidak mengenakan jilbab padahal kamu bersekolah di sekolah negeri. Atau pengalaman-pengalaman menyedihkan dari teman-teman perempuan kita yang sudah berpakaian tertutup rapat, namun tetap saja menjadi korban pelecehan seksual.

Mau berpakaian terbuka salah, tertutup pun juga salah.  Jadi perempuan yang pemalu salah, berani pun juga salah. Seakan, hak perempuan atas pilihan dan tubuhnya benar-benar diatur oleh lingkungannya. Rempong banget yaa!

Jika orang terdekatmu sangat menghargai kamu, tentunya mereka enggak akan mengatur hak-mu dan mendukung apapun pilihan hidupmu. Bagaimanapun bentuk tubuhmu, mau kurus, berisi, tinggi, pendek, warna kulit putih atau coklat matang, albino, rambut lurus atau kriting, berjilbab maupun tidak, semua perempuan itu memiliki hak untuk dihargai dan bebas akan tubuh dan pikirannya.

 

Saatnya merayakan tubuhmu dan pikiranmu: Perjuangan Perempuan, Perjuangan Kamu juga!

Masih ngomongin soal hak akan tubuh dan pikiran perempuan, masih hangat sekali pada tanggal 8 Maret lalu, seluruh perempuan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, bersama-sama merayakan Hari Perempuan Internasional. Hemmm, kenapa ada Hari Perempuan Internasional yaa? Memang apa pentingnya dirayakan?

Kebayang enggak sih, setiap tahun perempuan-perempuan dari berbagai golongan, usia, latar belakang, berbondong-bondong bersatu menyuarakan hak mereka melalui kegiatan long march atau jalan bersama. Perayaan Hari Perempuan Internasional ini juga tidak hanya dirayakan oleh perempuan lho, Sobat. Banyak juga teman-teman laki-laki kita yang peduli, dan ikutan membela hak-hak perempuan. Wah pasti seru banget ya! Diantara kalian, adakah yang pernah ikut terlibat kegiatan tersebut di Kota mu?

Ternyata, semua perayaan ini bermula dari kegelisahan sekelompok perempuan buruh di New York pada tahun 1857. Mereka melakukan aksi massa karena mendapatkan hak upah yang tidak adil dengan laki-laki, padahal beban kerja yang mereka lakukan sama. Kemudian pada tahun 1909, tuntutan para perempuan ini meluas untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di ruang publik, seperti hak berpendapat dan berpolitik. Berkat perjuangan mereka, mulailah lahir kebijakan-kebijakan yang mendukung hak-hak perempuan dan konsep kesetaraan gender.

Wah kebayang yaa, ternyata kebebasan yang bisa kita rasakan saat ini,  merupakan buah perjuangan dari perempuan-perempuan kelompok buruh yang sudah berjuang di masa lalu. Tanpa mereka, kita enggak akan bisa bebas mengutarakan pendapat di media sosial, mendapatkan hak pendidikan, mendapatkan upah yang sama, bebas memilih karir, bahkan pilihan untuk masa depan kita. Tentunya, kita juga enggak melupakan perjuangan gerakan perempuan di Indonesia pada masa pra-kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan yang memperjuangkan hak perempuan hingga saat ini.

Kadang gatel juga sih, kalau masih mendengar komentar julid (ahhh lagi-lagi julid), ‘Ih merayakan hari perempuan kan karena protes mau musuhin laki-laki’. Sekali lagi, ini bukan masalah membenci salah satu jenis kelamin tertentu. Tetapi musuh bersama kita adalah sistem yang tidak setara dan menindas hak-hak golongan tertentu . Justru sebagai anak muda, kita semua baik perempuan dan laki-laki harus bersatu untuk mewujudkan kesetaraan dan menghargai satu sama lain.

Anggapan bahwa perempuan harus berperan sesuai dengan jenis kelaminnya, seharusnya sudah tidak berlaku lagi di era saat ini. Sudah banyak perempuan yang berperan menjadi pemimpin, baik di ranah pemerintahan, bisnis, dan bahkan organisasi. Karena laki-laki maupun perempuan harus memiliki potensi, kemampuan, dan kesempatan yang sama.

Jika sebagai perempuan kita terus berpikir bahwa perempuan wajar menjadi bagian masyarakat yang pasif, maka perempuan tidak akan mempunyai ruang untuk berperan di masyarakat. Di masa depan, bisa-bisa kita tidak akan lagi menemui pemimpin perempuan, dan tokoh-tokoh perempuan inspiratif lainnya (yang bisa jadi itu adalah dirimu!). Pastinya sebagai generasi muda, kita tidak ingin hal ini terjadi, bukan?

Lalu, apa yang perlu dibenahi untuk mewujudkan  kebebasan tubuh dan pikiran perempuan?

Konstruksi sosial masyarakat dong!

Seperti mimin paparkan di atas, bahwa konstruksi sosial itu bisa dirubah kok.

 Bagaimana caranya? Masa aku harus mengubah pola pikir masyarakat di dunia ini?

Engga perlu repot-repot, karena kamu bukan superhero kayak di film-film. Tapi, kamu bisa menjadi superhero di lingkungan sekitarmu. Caranya, bisa dimulai dari dirimu sendiri.

Misal, saat sedang mendengarkan curhatan adik atau saudara kita yang mau memilih jurusan kuliah tertentu, jangan skeptis dan gampang judging ya! Daripada merespons “Mau jadi apa nanti?!” mending diajak diskusi apa yang membuatnya tertarik dengan jurusan itu, membantunya mencari  informasi yang bermanfaat tentang jurusan tersebut, serta memberikan motivasi dengan mencari tokoh-tokoh inspiratif dengan background pendidikan tersebut.

Sobat ASK, sebagai remaja perempuan yang akan menjadi perempuan dewasa di masa yang akan datang, sudah seharusnya kita mulai memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan atas diri kita sendiri. Walaupun terkadang kita masih suka sulit untuk memiliki kontrol dan kuasa yang terbatas terhadap keputusan kita karena lingkungan sosial yang tidak mendukung, kalian bisa kok mulai berani menyampaikan pendapat dengan bernegosiasi atau berdiskusi kepada orang tua atau keluarga terdekat dalam proses mengambil keputusan.  (Moestadjab & Pohan, 2013, p. 152)

Mengekspresikan diri dan memberikan ruang yang sama untuk memilih dan mengambil keputusan atas diri sendiri bukan lagi perkara budaya Barat, Timur, Utara, Selatan, ya Sobat. Tetapi, bagaimana mengubah mental masyarakat agar tidak menganggap perempuan sebagai kelompok the others!

Oleh karena itu, sebagai perempuan, penting banget nih kita menanamkan ‘konsep diri positif’ sejak kita remaja. Karena kata pepatah, ‘tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita, selain diri sendiri’. Yang penting, kita harus Happy sama pilihan kita sendiri! Dan satu lagi yang tak kalah penting, sesama perempuan kita harus saling mendukung satu sama lain dan tidak menjatuhkan. Karena perubahan itu bisa kita wujudkan dengan saling membantu dan memperjuangkan kepedulian sesama.

Be critical brings you to another world and broaden your perspective!

Selamat merayakan tubuhmu, Selamat Hari Perempuan Internasional!

5 - Gemilang Sehat

 

 Penulis:

Restri Rahmawati

Editor:

Evania Putri

Mery Dewi H.

 

Referensi:

Berger, Peter L.; Luckmann, Thomas. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. New York.

Moestadjab, Saskia Raishaputri; Pohan, Mawar. 2013. Setara: Semangat Dunia Remaja. Buku Jurnal Siswa, Kelas 7. Jakarta: Rutgers WPF Indonesia.

Tong, Rosemary Putnam. 1998. Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta: Jalasutra.

Susilo, Wahyu. 2002. Laki-laki: Pelaku atau Korban Kekerasan?. Jakarta: Jurnal Perempuan.

Website:

https://kbbi.web.id/

https://tirto.id/sejarah-hari-perempuan-sedunia-dirintis-kaum-sosialis-diR4

 

Glosary

Tabu: Yang dianggap suci (tidak boleh disentu, diucapkan, dan sebagainya); pantangan; larangan (https://kbbi.web.id/tabu).

 Permisif: bersifat terbuka (serba membolehkan; suka mengizinkan) (https://kbbi.web.id/permisif)

 Konstruksi sosial: (atas realitas sosial) adalah proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Berger & Luckmann, 1966).

 Diskriminasi (https://kbbi.web.id/diskriminasi): pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya);

  • kelaminpembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin;
  • rasanggapan segolongan ras tertentu bahwa rasnya itulah yang paling unggul dibandingkan dengan golongan ras lain; rasisme;
  • rasialpembedaan sikap dan perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan warna kulit;
  • sosialpembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya;

Feminis posmodern: banyak dipengaruhi oleh teori-teori postmodernisme. Dalam konteks feminisme, feminis posmodernisme mengklaim bahwa ke-liyanan (otherness) perempuan memungkinkan individu perempuan untuk mundur dan kemudian mengkritisi norma, nilai, dan praktik-praktik yang dipaksakan kebudayaan laki-laki yang dominan (patriarki) terhadap semua orang, terutama mereka yang dipinggirkan. Beberapa tokoh feminis posmodernisme, di antaranya: Helene Cixous, Luce Irigaray, Julia Kristeva (Tong, 1998, p. 284).

 The others (liyan): Menurut Simone de Beauvior dalam bukunya The Second Sex, perempuan adalah liyan (the other) karena perempuan adalah bukan laki-laki. Laki-laki adalah bebas, makhluk yang menentukan dirinya sendiri yang mendefinisi makna eksistensinya. Perempuan adalah liyan (the other), objek yang tidak menentukan makna eksistensinya sendiri (Tong, 1998, p. 9). 

Konsep diri:  Secara sederhana, konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari pengetahuan, harapan, dan penilaian seseorang tentang diri mereka sendiri baik tentang karakteristik fisik, psikologis, sosial, dan emosional (Moestadjab & Pohan, 2013, p. 24).

 Skeptis: kurang percaya; ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya) (https://kbbi.web.id/skeptis).

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.