Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

5 Tips Kalau Pasanganmu Pernah jadi Pelaku KDP

Sebelumnya, kami sudah banyak menulis tentang kekerasan dalam pacaran; mulai dari kekerasan fisik, psikis, hingga verbal. Kami harap, sekarang semua orang sudah sepakat kalau kekerasan, dalam bentuk dan atas alasan apa pun, itu enggak banget.

Tapi, selalu ada harapan buat korban maupun pelaku. Korban bisa menyembuhkan traumanya dan move on. Sedangkan, pelaku bisa menjalani konseling secara serius dan mengubah sikapnya. Tentu, ini sama-sama enggak gampang. Prosesnya bisa lama banget. Namun, bukan berarti nggak mungkin.

Nah, apa yang harus dilakukan kalau kamu baru tahu bahwa pasanganmu ternyata pernah jadi pelaku kekerasan? Kamu sih kenalnya dia orang yang baik dan sopan, tapi ternyata dia cerita kalau dia pernah jadi orang yang sangat berbeda. Kamu kudu piye? Diputusin? Dipertahankan?

Tenang saja. Kira-kira, begini langkahnya menurut SobatASK.

 

Pastikan Kamu Siap Menanggung Risikonya

Menghadapi seorang mantan pelaku kekerasan membutuhkan kesabaran tersendiri. Kamu harus terus mewaspadai tanda-tanda bahwa dia akan mengulangi perbuatan atau sikapnya yang dulu dan harus cukup tegas untuk mengingatkannya. Kalau kamu pasif dan nrimo saja apa pun perbuatannya, dia bakal lebih tergoda untuk mengulang sikapnya yang dulu.

Singkat kata, kamu harus siap-siap jadi “polisi”.

 

Pahami Akar Masalahnya

Ini berlaku buat kamu dan terutama baginya. Enggak ada orang yang terlahir jahat, pasti ada akar masalah yang membuat seseorang menjadi pelaku kekerasan. Apakah ia mendapat didikan yang salah dari orang tuanya? Apakah sikap kasarnya didorong oleh kecanduan pada alkohol atau penyalahgunaan obat-obatan?

Apakah ia sendiri pernah jadi korban kekerasan (ini paling sering lho)? Lebih jauh lagi, apa saja yang membuatnya melakukan tindakan kekerasan? Hal-hal seperti apa yang memantik amarahnya saat itu dan kenapa?

Apakah memahami semua ini berarti tindakannya saat itu enggak apa-apa? Tentu saja tidak. Apa pun alasannya, kekerasan itu tak pernah bisa dibenarkan. Tapi, setidaknya dengan memahami akar masalah, kekerasan bisa dicegah.

 

Cari Tahu Langkah Apa yang Sudah Dia Ambil untuk Memperbaiki Sikapnya

Menyesali perbuatannya dan memahami akar masalahnya tidak cukup. Ia juga harus mengambil langkah-langkah nyata untuk memperbaiki sikapnya. Apabila tindak kekerasannya didorong oleh penyalahgunaan obat-obatan, misalnya, dia harus sudah masuk panti rehabilitasi dan rutin menemui konselor untuk memperbaiki sikapnya.

Kalau dia berbuat kekerasan karena dorongan dari teman-temannya, misalnya, dia harus sudah mengurangi nongkrong dengan lingkar pertemanan itu, atau bahkan tidak berhubungan dengan mereka sama sekali.

Selain itu, dia juga harus paham situasi seperti apa yang membuatnya terprovokasi dan bekerja lebih keras untuk menyalurkan emosinya secara lebih sehat.

 

Ia Harus Siap “Diawasi”

Hal-hal kecil yang dilakukan seorang mantan pelaku kekerasan punya makna berbeda. Kalau seseorang yang tak pernah melakukan kekerasan sedang marah-marah padamu, mungkin kita bisa beranggapan bahwa itu wajar. Tapi, kalau mantan pelaku kekerasan yang marah-marah, mau enggak mau kamu pasti lebih was-was. Apakah ini marah-marah biasa atau dia sedang kembali ke sikapnya yang dulu?

Kamu pasti perlu waktu untuk mempercayainya lagi. Dia pun harus siap untuk bekerja keras mendapat kepercayaan darimu.

 

Kalau Perlu, Hubungi Pihak Ketiga

Kalau kamu merasa hal ini benar-benar perlu, hubungi pihak lain yang lebih mengenalnya. Hubungi orang tuanya, hubungi konselornya kalau dia punya konselor. Hubungi sahabatnya yang memang punya sikap positif dan mendukung perubahannya. Bahkan kalau kamu benar-benar merasa ini perlu banget, hubungi mantannya. Khusus yang terakhir, kamu harus berhati-hati. Jangan sampai kamu membuka luka lamanya.

Mereka bisa memberi sudut pandang berbeda tentang perubahannya. Mereka juga bisa memberi tips bagimu supaya kamu juga bisa mendukungnya berubah jadi orang yang lebih baik.

 

Jangan Jadi Superhero

Kami percaya bahwa semua orang bisa berubah. Namun, harus dia yang punya keinginan untuk berubah. Kalau ternyata dia tidak benar-benar berubah dan semua janji-janji dia ternyata palsu, kamu tidak wajib dan tidak bisa mengubahnya.

Kalau kamu perhatikan, langkah-langkah di atas seluruhnya bergantung padanya. Apakah dia memang sudah mengambil langkah untuk mengubah sikap dan pola pikirnya? Apakah dia sudah cukup rendah hati untuk mengakui kesalahannya? Apakah dia cukup cerdas untuk memahami akar masalahnya sendiri?

Pemahaman ini harus datang darinya, bukan dari kamu. Jadi, jangan bersikap seperti superhero. Beri dukungan, tapi ingatlah bahwa kamu tidak wajib menyelamatkannya.

Good luck!

 

 

Sumber
madamenoire.com
doctornerdlove.com
edition.cnn.com

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.