Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

7 Tips Kalau Temanmu Ingin Bunuh Diri

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”DENGAR”]
Saat ini, kasus bunuh diri telah menjadi musuh dalam selimut untuk anak muda di Indonesia. Meski belum ada angka yang pasti tentang jumlah bunuh diri di kalangan anak muda, kasus bunuh diri yang mencengangkan seperti bintang Instagram Oka Mahendra dan vokalis Linkin Park, Chester Bennington, menyadarkan banyak orang bahwa bunuh diri adalah masalah yang nyata dan perlu dibicarakan secara terbuka.

Maka, kami mengobrol dengan Benny Prawira, pendiri dari komunitas Into The Light. Sekadar info, Into The Light adalah komunitas yang didirikan oleh anak muda dan fokus pada upaya pencegahan bunuh diri bagi remaja. Setelah bertanya ini-itu pada Benny, kami bertanya padanya: apa yang sebaiknya TIDAK kita lakukan kalau ada teman kita yang menunjukkan kecenderungan ingin bunuh diri?

 

Jangan lempar asumsi pribadi.

Kesalahan fatal yang sering dilakukan orang adalah mengeluarkan pernyataan asal yang berdasarkan asumsi. Seseorang yang memiliki kecenderungan ingin bunuh diri tidak akan termotivasi jika kamu bilang hal-hal seperti “Begitu saja kok mau bunuh diri”, “Kamu pasti kurang ibadah” atau “kamu cari perhatian doang”.

Kalau kamu punya asumsi-asumsi seperti ini, tahan dulu. Dengarkan dulu cerita temanmu dan biarkan dia mengeluarkan uneg-unegnya tanpa harus takut dihakimi dan diceramahi. Dengan ini, kamu setidaknya meyakinkannya bahwa dia tidak sendirian dan ada orang yang peduli padanya tanpa syarat.

 

Jangan menganggap ucapan dan perasaannya cuma main-main.

Meremehkan perasaan tertekan dari temanmu hanya akan membuatnya semakin down. Ketika mereka membuka diri padamu, kamu perlu mendengarkan mereka dan menghargai perasaannya–meski mungkin kamu tidak sejalan dengan pandangan hidupnya.

Ketimbang meremehkan perasaannya, kamu bisa menjadi pendengar yang baik. Dengarkan kisahnya dan tanyakan sudah seberapa lama ia memiliki dorongan untuk bunuh diri. Selain itu, saran Benny, tanyakan juga seberapa detail ia memikirkan metode bunuh diri.

Biasanya, menurut Benny, semakin lama dan detail pemikiran bunuh diri, akan “semakin besar kemungkinan bahaya bahwa ia akan melakukan bunuh diri”. Artinya, kalau dia sudah mulai mikir macam-macam, sudah ada tanda bahaya.

 

Jangan menantangnya untuk bunuh diri.

Ternyata banyak yang melakukan ini. Entah karena asal ngomong, karena frustrasi, atau karena emosi belaka, banyak teman, pasangan, dan rekan dari seseorang yang depresi menyemprot dan berkata, “Udah lakuin aja kalau berani, jangan cuma cari perhatian!”

Menantang seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri biasanya bakal semakin mendorong mereka untuk beneran bunuh diri. Ketimbang melakuan itu, minta dia menjauhkan diri dari situasi yang berbahaya. Simpan dulu alat-alat yang berbahaya seperti gunting, cutter, tambang, dan sebagainya, dan pastikan ia menjaga diri dari situasi yang bahaya. Telepon dia, minta dia berkabar, dan ajak dia ketemuan.

 

Jangan meninggalkannya sendirian.

Ketika ia sendirian, pemikiran buruk tentang bunuh diri biasanya makin kuat. Jadi, usahakan untuk tetap dekat dengannya baik secara fisik maupun emosional, sehingga fase-fase depresi tersebut bisa lebih reda. Hormati privasinya, tapi jangan sampai dia sendirian. Pastikan bahwa dia punya teman yang bisa diajak ngobrol dan bertukar pikiran, bila perlu.

 

Jangan menceramahi dan menghakimi orang tersebut.

Menyuruhnya lebih sering ibadah atau menuduhnya bego karena mau bunuh diri sama sekali tidak akan membantu. Kami tidak bilang bahwa ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan itu enggak bakal membantu, lho. Yang kami maksud, dia enggak bisa langsung diceramahi seperti itu.

Kamu harus duduk bareng dengannya dan mau mendengarkan masalah yang dihadapinya. Tampung semua emosi yang ia ekspresikan, dan tetap tenang. Jangan kasih reaksi berlebihan. Ajak dia mengobrol soal masa depannya dan lempar pertanyaan yang bisa bikin dia lebih optimis. Tanyakan, “Apa yang membuat kamu bertahan sejauh ini?” atau “Apakah cita-citamu yang masih mau kamu raih?”

Ajak mereka untuk memandang masa depan dan bantu mereka untuk mensyukuri hal-hal kecil di hidupnya. Jangan menghakimi, dan jangan menceramahi.

 

Jangan berusaha menyelesaikan semuanya sendirian.

Ini bukan cuma urusan kamu dan dia, kok. Kamu tidak perlu dan biasanya tidak bisa menyelesaikan semuanya sendirian. Kamu memang perlu bekerja sama dengan keluarga dan orang-orang terdekat dari temanmu yang punya kecenderungan bunuh diri. Tentu saja, buka percakapan dengan mereka secara halus. Bilang bahwa temanmu sedang banyak stres, jadi tolong bantu kamu menghiburnya. Dorong mereka untuk lebih perhatian pada temanmu dan mendekati temanmu. Belum tentu temanmu mau kamu bilang ke keluarga atau rekannya bahwa dia punya kecenderungan bunuh diri. Jadi, main halus saja.

Tapi, memang kecenderungan bunuh diri hanya bisa ditangani oleh tenaga medis yang memang ahli dan berpengalaman. Bahkan, bila perlu proses pemulihan dari pemikiran bunuh diri dapat dibantu dengan terapi dan obat tertentu yang hanya bisa diambil dengan resep dokter. Baiknya, kamu menghubungi puskesmas atau layanan kesehatan ramah remaja terdekat.

 

Jangan menyalahkan diri sendiri.

Kamu telah berbuat sebisa mungkin dan bertindak sebaik-baiknya, dan itu bagus! Tapi, manusia memang sulit ditebak. Pada akhirnya, temanmu yang berhak memutuskan apakah ia ingin menata kembali hidupnya atau tidak. Kamu tidak bisa menyelamatkannya. Hanya dia yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Jika kamu sadar akan keterbatasan ini, menurut Benny, kamu akan terbantu untuk “melakukan yang terbaik, namun juga bersiap untuk menerima apapun yang terjadi”.

Masih punya pertanyaan? Langsung hubungi konselor kami!

 

 

Disadur dari:
intothelightid.wordpress.com

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.