Kita semua punya kebiasaan makan masing-masing. Ada yang sukses makan empat sehat lima sempurna seperti di buku pelajaran Penjaskes dulu, ada yang harus berpuas diri dengan makan dua porsi indomie sehari dimasak di magic jar karena di kamar kosnya enggak ada kompor. Tapi, ada sebagian teman-teman kita yang pola makannya sama sekali enggak sehat. Entah mereka makan terlalu banyak, makan terlalu sedikit, atau mencoba mengurangi berat badan dengan cara-cara ekstrim yang malah berbahaya.
Perkenalkan, anorexia nervosa dan bulimia nervosa.
Anorexia dan bulimia adalah istilah untuk dua jenis gangguan makanan yang dialami oleh jutaan orang di seluruh dunia. Sebenarnya, gejala kedua gangguan tersebut mirip. Penderita anorexia pun bisa menjadi penderita bulimia, dan sebaliknya penderita bulimia bisa mengalami gejala anorexia. Tapi, keduanya adalah gangguan yang berbeda.
Kami bakal membahas dua-duanya, tapi di serial pertama ini, kami akan memperkenalkan anoreksia lebih dulu.
Anoreksia = Takut Makan
Kita semua pasti pernah khawatir dengan berat badan kita masing-masing. Tapi, seseorang yang mengalami anoreksia seribu kali lipat lebih parah dari itu. Anoreksia adalah gangguan makan yang ditandai dengan rasa takut yang luar biasa pada naiknya berat badan, sehingga penderitanya mengurangi asupan makan atau malah menghindari makan sama sekali. Seringkali, anoreksia dialami oleh perempuan–terutama di usia-usia puber–namun belakangan jumlah pasien laki-laki juga disinyalir naik.
Penderita anoreksia terobsesi pada kandungan lemak dan kalori di makanannya, dan sangat ingin tubuhnya “langsing”. Dia bisa berkali-kali mengecek berat badan, mengurangi asupan makanan sampai ke tingkat yang tidak sehat, dan merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya sendiri.
Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari
Perhatian penderita anoreksia banyak tersita pada makanan dan berat badan. Ia mungkin akan lebih sering berolahraga demi membakar kalori, mulai merokok atau mengunyah permen karet demi mencegah nafsu makan, dan rutin memeriksa berat badan serta bentuk tubuh. Ia juga bisa mengkonsumsi banyak-banyak pil pengurus atau obat penurun berat badan demi menjaga bentuk tubuhnya.
Penderita anoreksia juga bakal menghindari kegiatan bersama yang mungkin akan “memaksa” mereka untuk makan. Jangan harap bahwa mereka bakal mau diajak nongkrong jika kamu dan teman-temanmu hobi berbagi martabak bareng, misalnya. Kalau kamu mengajak mereka makan siang bareng pas rehat di sekolah atau kampus, mereka entah bakal menghindar atau tidak makan.
3Menimbulkan Gangguan Kesehatan
Ada alasan kenapa manusia makan: kita butuh asupan gizi dan suntikan energi yang terkandung di makanan. Iya, memang kita perlu mengurangi makanan yang tidak sehat. Sebagian orang memang perlu berdiet supaya tubuhnya lebih sehat. Tapi, itu dilakukan demi mencapai pola makan yang lebih seimbang, bukan demi menguruskan badan sampai ke titik yang berlebihan.
Penderita anoreksia berbeda. Karena mereka terobsesi mengurangi berat badan dan asupan makanannya turun drastis, tentu bakal ada dampak buruk pada kesehatan fisik dan jiwanya.
Risiko anoreksia pada kesehatan fisik sudah jelas. Selain berat badan yang terlalu rendah, anoreksia juga bisa menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh dan bahkan mengganggu kesehatan reproduksi. Penderita anoreksia laki-laki sering mengalami gangguan testikel, sementara penderita perempuan biasanya tidak memiliki siklus menstruasi yang baik.
Berbagai komplikasi kesehatan juga bisa muncul akibat gangguan makanan tersebut. Mulai dari anemia, dehidrasi, tekanan darah rendah, detak jantung yang tidak wajar, kekurangan vitamin dan mineral, gangguan ginjal, rasa sakit di perut, gangguan hormon, hingga kerontokan rambut.
Kesehatan mental juga terpengaruh. Depresi dan kecemasan adalah dua gangguan kejiwaan yang sering ditemui pada penderita-penderita anoreksia. Alasannya, keseimbangan kimiawi di otak seseorang yang anoreksia terganggu karena asupan makanannya pun berubah drastis.
Penyebabnya Beragam
Tidak ada satu penyebab khusus untuk anoreksia. Beberapa penelitian membuktikan bahwa anoreksia adalah gangguan yang menurun karena keturunan penderita anoreksia lebih berpeluang mengalami gangguan tersebut. Gangguan kejiwaan yang lain, seperti depresi atau stres berat, juga bisa membuat orang mengalami anoreksia.
Namun, salah satu penyebab utama adalah tekanan dari masyarakat sekitar. Di masyarakat, badan yang langsing dan kurus dianggap sebagai badan yang paling ideal. Walhasil, banyak orang berusaha keras untuk memenuhi standar badan ideal ini. Beberapa orang berdiet, ada yang berolahraga lebih teratur, namun sebagian melakukannya secara berlebihan dan malah anorexia.
Intinya, seseorang yang anorexia tidak percaya diri dengan tubuhnya sendiri. Mereka mengalami gangguan bernama body dysmorphic disorder alias BDD. Seseorang yang anorexia akan selalu beranggapan bahwa dirinya gendut, tidak menarik, dan berat badannya terlalu tinggi meski sebenarnya dia sudah terlalu kurus. Dia tidak mampu melihat tubuhnya secara objektif lagi.
Anoreksia Sebenarnya Bisa Ditangani, Tapi…
Biasanya, gejala anoreksia disadari oleh anggota keluarga atau teman dekat yang peka. Masalahnya, kebanyakan penderita anoreksia tidak mau mengakui bahwa mereka mengalami gangguan. Mereka beranggapan bahwa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar, dan tidak suka jika pilihan tersebut diganggu. Padahal, anoreksia adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang paling mematikan.
Jika penderita anoreksia terbuka pada bantuan, sebetulnya anoreksia bisa ditangani. Biasanya, anoreksia ditangani dengan bantuan dokter yang bisa mulai merancang pola makan lebih sehat dan psikiater yang bisa menangani sisi psikologis si pasien. Dengan terapi yang rutin dan perlakuan yang tepat, seharusnya anoreksia bisa ditangani dan dihadapi.
Kalau kamu mengalami anoreksia atau kenal seseorang yang anoreksa, jangan khawatir karena kamu tidak sendirian. SobatASK kenal banyak konselor dan terapis yang bisa membantu kamu untuk menjalani pola hidup yang lebih sehat. Temui mereka di Direktori Layanan kami.