Kehamilan umumnya menjadi hal yang diidamkan oleh setiap perempuan yang sudah menikah. Namun, ada juga kehamilan yang enggak diinginkan (KTD- Kehamilan yang Tidak Diinginkan), khususnya bagi kaum remaja yang belum siap memiliki anak.
KTD merupakan suatu kondisi dimana salah satu atau kedua belah pihak dari pasangan enggak menginginkannya sama sekali atau kehamilan yang sebenarnya diinginkan, tapi terjadi pada waktu yang kurang tepat, yang biasanya terjadi karena perilaku seksual berisiko, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Tapi, gimana kalau seandainya ada temanmu yang mengalaminya dan menceritakannya padamu? Sebagai support system yang baik, kamu bisa membantunya menghadapi situasi sulit tersebut dengan melakukan hal-hal berikut ini.
- Jadilah pendengar yang baik dan jangan menghakiminya
Ketika seorang remaja mengetahui dirinya hamil di luar kehendaknya, bisa jadi membuatnya kalut dan sulit berpikir jernih. Mendengarkan keluh kesahnya akan sangat membantu.
Jadilah pendengar yang berempati dan enggak menghakimi. Bantu kelola emosinya. Biarkan temanmu tahu bahwa kamu ada untuknya kapanpun dia membutuhkan. Tanyakan gimana perasaannya dan apa yang bisa kamu bantu untuknya.
- Hindari menanyakan hal-hal yang terlalu detail kalau temanmu enggak mau membahasnya
Jangan paksa temanmu untuk menceritakan hal-hal detail yang mungkin belum siap dia ceritakan. Cukuplah dengan menyediakan telinga dan respon singkat saja, tanda kamu memperhatikannya.
Terlalu kepo untuk mencari tahu lebih dalam soal KTD yang dialami temanmu justru bikin dia merasa tersudut dan enggak nyaman. Sebaliknya, kalau kamu bisa menahan diri untuk enggak kepo, mungkin temanmu lebih mau terbuka untuk bercerita lebih banyak.
- Jangan menjauhi atau mem-bully karena hanya akan membuatnya semakin takut bercerita
Berikan respon positif ketika mendengar cerita temanmu yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, meskipun mungkin kamu terkejut dan ingin meneriaki temanmu. Tetaplah bersikap tenang dan berempati pada perasaan temanmu.
Jangan juga mem-bully atau malah menjauhi temanmu setelah mendengar ceritanya. Hal ini malah bikin temanmu jadi bungkam dan takut berbagi kisahnya, yang akhirnya berujung ke pelarian yang berbahaya.
- Jangan buru-buru ambil keputusan kalau dimintai saran
Cobalah menahan diri untuk enggak kasih saran atau pendapatmu kalau enggak ditanya. Bantu temanmu untuk memikirkan apa yang kira-kira terbaik untuknya, keputusan apa yang paling bikin dia nyaman, dan beritahu dia bahwa kamu akan tetap ada untuknya apapun pilihannya. Keputusan itu sepenuhnya ada di tangan temanmu. Kamu cukup beri dukungan dan bantuan yang memang ia butuhkan.
- Arahkan/ ajak untuk berkonsultasi dengan orang dewasa yang tepat seperti konselor
Alih-alih memberi solusi atau saran yang malah menjerumuskan. Lebih baik kamu arahkan temanmu untuk berkonsultasi dengan orang dewasa yang tepat, atau konselor, atau lembaga ahli yang biasa menangani masalah KTD. Misalnya seperti PKBI (Perkumpulan Keluarga Bencana Indonesia) atau P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di kotamu.
Niscaya temanmu dengan KTD-nya bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan enggak merasa sendirian.
KTD menjadi masalah yang berat jika harus dihadapi oleh remaja. Jika hal tersebut terjadi pada teman kita sendiri, sudah sepatutnya kita ikut mendampingi dan membantu menemukan solusi terbaik yang enggak merugikannya.
Sumber: