Catatan perjalanan oleh Luh Putu Ari Dewiyanti
.
“Ik ben in Amsterdam!”
Kalimat itulah yang aku ucapkan ketika tiba di Amsterdam 30 Agustus kemarin. Aku remaja Bali yang merupakan perwakilan peserta pelatihan photovoice di Yogyakarta yang berkesempatan untuk bisa menghadiri NPC Weeks di Amsterdam pada 30 Agustus-4 September 2015 lalu. Rutgers WPF Netherlandslah yang langsung mengundangku untuk mengisi sebuah talkshow dan membuat sebuah pameran photovoice dalam serangkaian NPC Weeks.
Pada pertemuan ini hanya aku dan seorang temanku yang merupakan perwakilan Uganda yang masih remaja. Wajarlah karena pertemuan ini merupakan pertemuan koordinasi antara National Program Coordinator (NPC) dan aliansi SRHR di Belanda. National Program Coordinator yang hadir pada pertemuan ini berasal dari Malawi, Pakistan, Bangladesh, Tanzania, Senegal, India, Ghana, Uganda, Ethiopia dan tentunya Indonesia. Pertemuan ini bertujuan untuk berbagi kemajuan kerja dari masing-masing negara serta ada beberapa agenda tambahan seperti talkshow, penguatan kapasitas, serta field visit.
Aku mengisi talkshow dengan judul “About A Girl” pada 1 September 2015. Dalam talkshow ini aku bersama NPC dari Ghana dan Malawi menjadi pembicara di kloter pertama. Kloter pertama membahas mengenai kondisi SRHR remaja perempuan dengan kaitannya dalam pencapaian MDGs. Pada sesi ini aku mendapatkan kesempatan menyampaikan bagaimana situasi SRHR di Indonesia dari sudut pandangku sebagai remaja perempuan. Di kesempatan ini aku mengatakan tentang masih tabunya isu kesehatan reproduksi (kespro) di Indonesia serta adanya batasan bagi remaja dalam mengakses kontrasepsi yang berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan bagi remaja putri. Pembicara lainnya lebih fokus pada capaian MDGs di negara mereka. Selain NPC dari Ghana dan Malawi, ada juga Mr. Lambert, Ambasador SRHR dan HIV/AIDS di Netherlands. Beliaulah yang menutup sesi kami dengan mengatakan bahwa, “Jika kita ingin menguatkan posisi perempuan, kita juga tidak boleh lupa dengan melibatkan peran pasangan, guru, serta orang tua dari remaja perempuan tersebut.”
Sesi kedua lebih fokus membahas mengenai komitmen serta peran pemerintahan belanda dalam isu SRHR bagi perempuan. Pada sesi ini juga ada simbolisasi pemberian boneka anjing yang menggunakan baju dengan kalimat “I Watch over SDG 3 and 5.” Ini menandakan bahwa kami, aliansi SRHR, akan selalu memantau pemerintah untuk tetap fokus pada SDG poin 3 dan 5.
Hari Jumat merupakan hari terakhirku di Amsterdam sekaligus hari Pameran PhotoVoice. Aku dan temanku perwakilan Uganda serta dua orang fasilitatorku dari Rugerts WPF Netherlands, yaitu Silvia dan Margo, mempersiapkan sarana dan prasarana photovoice di Ministry of Foreign Affairs in the Netherlands. Kami memasang beberapa hasil pelatihan photovoice dari lima negara yang sebelumnya telah dilatih teknik photovoice oleh Silvia dan Margo. Pameran dibuka langsung oleh Mr. Lambert dan sungguh sebuah kehormatan aku bisa berdialog langsung dengan beliau sambil memaparkan hasil photovoice dari daerahku sendiri. Saat itu aku mengatakan bahwa, “One picture can tell more than a thousand words. Through these photos I could share a story which in my country is not so easy to put in words: I can do that in respectful manner but the message remains powerful.”