Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

CYBER BULLYING DAN KESEHATAN MENTAL: PEMBELAJARAN DARI K-POP

Jika kamu mengenal nama Goo Hara, Sulli dan Jonghyun, mungkin kamu juga tidak asing dengan istilah cyberbullying. Ketiga bintang hiburan Korea Selatan tersebut pernah menjadi target cyberbullying yang berujung pada depresi berat dan kehilangan nyawa akibat bunuh diri.

Sebagai contoh, Sulli sudah lama menjadi target utama banjiran komentar kejam mengenai cara berpakaian serta pilihannya untuk berpacaran secara terbuka dengan rapper Choiza di tahun 2014. Tahun ini, aktris dan penyanyi Goo Hara mengalami pelecehan dimana mantan kekasihnya mengancam akan mempublikasikan video yang diambil ketika mereka berhubungan seksual. Lain lagi yang menimpa Jonghyun, seorang penyanyi boy band korea SHINee yang juga memutuskan untuk bunuh diri, pernah menghadapi serbuan pesan yang menuduh dirinya mengobjektifikasi perempuan atau menyebarkan rumor mengenai orientasi seksualnya.

Cyberbullying atau perundungan di dunia siber seringkali diterjemahkan sebagai tindakan ‘kekerasan siber’. Tindakan ini seringkali diartikan sebagi tindakan agresif dan disengaja yang dilakukan oleh satu pihak menggunakan media elektronik kepada pihak lain yang sulit untuk melindungi dirinya. Banyak definisi lainnya yang juga menjelaskan bahwa perilaku cyberbullying seringkali dilakukan berulang kali dalam jangka waktu tertentu.

Ahli kesehatan mental seringkali menganggap cyberbullying lebih berbahaya dari bentuk-bentuk bullying konvensional karena beberapa alasan yang membedakannya. Misalnya, target dari cyberbullying seringkali tidak mengetahui identitas sang bully atau mengapa mereka menjadi target serangan perundungan. Tidak seperti bullying konvensional yang bisa dicegah dengan menjauhkan sang target perundungan dari pelaku, tindakan cyberbullying dapat sampai kepada target perundungan kapan pun dan di mana pun sang target berinteraksi dengan media elektronik seperti melalui telepon genggam atau komputernya. Materi cyberbullying juga lebih mudah menyebar secara luas, terekam dalam jejak digital, dan sangat cepat menjadi populer (viral). Hal ini tentunya dapat berakibat pada dampak psikologis yang berkepanjangan bagi korban cyberbullying.

Ada banyak bentuk-bentuk cyberbullying yang dapat diartikan sebagai kekerasan siber. Berikut beberapa contohnya yang semakin sering kita jumpai pada era digital ini:

  1. Online Shaming

Menghina, mengolok-olok, menyebarkan berita bohong dan melakukan ajakan publik untuk melukai seseorang, biasanya dengan menggunakan tulisan atau gambar yang dimodifikasi untuk merendahkan sang target perundungan.

     2. Doxing

Menggunakan mesin pencarian atau dengan meretas/hacking data diri sensitif seperti alamat tinggal lengkap dan nomor telepon personal seseorang, yang kemudian dipublikasikan secara luas untuk mengganggu atau membuat target merasa rentan dan tidak aman.

     3. Flaming

Melakukan pembanjiran pesan negatif, biasanya berbentuk ancaman, hinaan dan pelecehan seksual, biasanya dalam forum, grup online, email, atau pesan instan.

    4. Impersonation

Menirukan identitas atau gambar seorang untuk melakukan penipuan atau mencemarkan nama baik seorang.

   5. Catfishing

Menggunakan akun dengan identitas atau gambar palsu saat berinteraksi di dunia maya untuk menarik perhatian orang lain, lalu mengajak bertemu di dunia nyata untuk tujuan seperti menipu atau mempermalukan.

  6. Outing

Mengungkap identitas seseorang, terutama orientasi seksual atau aspek diri lainnya yang rentan diserang, untuk mempermalukan atau membahayakan orang tersebut.

  7. Revenge Porn

Mengunggah media seperti foto atau video pribadi terutama yang bernuansa seksual tanpa persetujuan pihak terlibat dengan tujuan mencemarkan nama baik.

  8. Cyberstalking

Memonitor atau mengikuti secara intrusif, termasuk menggunakan alat pelacak  terkadang disertai upaya mengikuti atuau mengetahui lokasi dan aktivitas sang target di dunia nyata.

Cyberbullying dalam bentuk apapun, memiliki dampak-dampak yang tidak bisa dianggap remeh. Tidak hanya bagi orang dewasa, anak-anak atau remaja yang aktif melakukan interaksi daring, juga rentan terkena dampaknya.

Seperti yang dikatakan Dr Jennifer Caudle, seorang dokter anak yang tergabung dalam Asosiasi Osteopatik Amerika, menjelaskan bahwa dampak utama kekerasan siber pada anak adalah gejala cemas, depresi, rasa kesepian, rasa tidak bahagia, dan dapat menyebabkan kualitas tidur buruk. Dampak utama ini kemudian sangat mungkin berujung pada dampak sekunder pada kehidupan bersekolah anak, seperti rasa takut untuk masuk kelas sampai nilai akademik yang dapat menurun secara berkala ataupun drastis.

Disisi lain, pelibatan peran orangtua sangat penting dalam menumbuhkan kesiapan mental anak-anak dalam menavigasi dunia maya yang sulit diawasi. Dr Caudle menambahkan, penting bagi orangtua untuk memberikan ruang aman bagi anak-anak untuk berdiskusi terbuka mengenai pengalaman mereka dan teman mereka ketika menjelajahi internet.

Selain orangtua, kita semua sesungguhnya memiliki peran kontrol sosial untuk tidak hanya sekadar menjadi bystander ketika mengetahui adanya tindakan cyberbullying. Dr Mary Aiken, seorang psikolog siber asal Irlandia, mengakui bahwa tidak seperti bullying konvensional, terkadang kita lebih sulit menyadari bahwa diri mereka adalah bystander, ketika terdapat teman yang mendapat banjiran komentar media sosial yang pedas namun kita hanya berdiam diri dan menjadi penonton. Dr Aiken menegaskan, pentingnya melaporkan hal-hal seperti komentar yang bersifat mengancam, melecehkan, dan merendahkan berulang kali, untuk dapat ditindaklanjuti oleh pihak media sosial terkait.

Sudah banyak beberapa kasus konten maupun komentar yang bernada negatif yang diturunkan oleh pihak media sosial karena mendapatkan laporan yang banyak (report) dari para netizen. Hal ini dapat menjadi upaya kita untuk mencegah meluasnya tindakan cyberbullying. Setelah itu, kita juga harus menjangkau teman kita yang menjadi target cyberbullying dan memastikan kondisinya bahwa ia baik-baik saja dan mencegahnya untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan.

Jika diri kita sendiri yang menjadi target cyberbullying, selain kita harus berani melawan kita juga perlu mencari bantuan ketika membutuhkan. Saat ini banyak pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang telah menawarkan layanan psikolog dengan harga sangat terjangkau dan layanan konseling online pun semakin mudah ditemukan. Misalnya, konseling online yang disediakan SobatASK (https://www.sobatask.id/servis/) dapat teman-teman akses dengan mudah pada hari Senin, Selasa dan Kamis pukul 16.00-19.00 secara gratis dan rahasia. Jangan malu untuk mencari bantuan!

Referensi

Hwang, S. H (2019). Bullying debate after death of K-pop star Goo Hara. Agence France-Press. Disadur dari Jakarta Post: https://www.thejakartapost.com/life/2019/11/25/ bullying-debate-after-death-of-k-pop-star-goo-hara.html

Im, E. B. (2019). South Korean singer and actor Sulli found dead. The Korea Herald. Disadur dari Jakarta Post: https://www.thejakartapost.com/life/2019/10/14/south-korean-singer-and-actor-sulli-found-dead.html

Moreno, M. A. (2014). Cyberbullying. JAMA Pediatrics, 168(5), doi:10.1001/jamapediatrics.2013.3343

Park, S. J. (2017). Cyber bullying suspected of playing role in Jonghyun’s death. Disadur dari Aju Business Daily: https://www.ajudaily.com/view/20171220165156569.

 

Penulis : Arung Samudra Adam (Peer Counselor, SobatASK)

Editor : Evania Putri (Communication Officer, RutgersWPF Indonesia)

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Artikel SobatASK Lainnya

Jelajahi berbagai informasi seputar kesehatan seksual dan reproduksi remaja dari sumber yang terpercaya.

Kamu Gak Sendirian!
Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.