Pengetahuan dan penerapan tentang kesetaraan gender enggak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa, kamu yang masih remaja juga perlu tahu dan paham juga.
Kesetaraan gender yang biasanya ramai dibahas di momen Hari Kartini ini sebetulnya maknanya luas sekali. Enggak cuma sebatas konsep bahwa laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama baik hak maupun kewajibannya, tapi juga menumbuhkan rasa saling menghargai sesama manusia.
Kasus kekerasan yang marak terjadi banyak disebabkan karena budaya patriarki
Apa itu budaya patriarki? Sederhananya, budaya patriarki ini memosisikan laki-laki menjadi pihak yang gagah dan berkuasa sehingga bebas untuk melalukan apa saja. Sedangkan perempuan dianggap sebagai pihak yang lemah dan harus menuruti apa yang laki-laki kehendaki.
Budaya kayak gini mungkin berlaku pada zaman dahulu, tapi di zaman sekarang rasanya sudah enggak cocok lagi diterapkan. Kalaupun masih ada, dampaknya ya enggak jauh-jauh dari kekerasan.
Sayangnya, pola pikir kolot semacam patriarki tadi justru banyak berasal dari lingkungan keluarga
Enggak bisa dimungkiri, pola pikir yang memandang kuat laki-laki dan menganggap lemah perempuan ini banyak terjadi di lingkungan keluarga.
Contohnya, pekerjaan rumah yang berhubungan kekuatan otot atau angkat berat seperti mengangkat galon atau memindahkan meja-kursi, umumnya dibebankan pada laki-laki. Sedangkan pekerjaan ringan-ringan atau berhubungan dengan dapur, biar perempuan yang menangani. Atau, laki-laki kerap jadi anak yang dibanggakan sedangkan perempuan dianggap enggak perlu disekolahkan tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya hanya berkutat di dapur saja.
Contoh pembagian peran kayak gini kan secara enggak langsung memosisikan laki- laki sebagai pihak yang kuat dan perempuan sebagai si lemah. Sehingga banyak kasus posisi laki-laki lebih dihargai ketimbang perempuan yang hanya mengurusi domestik.
Cara menerapkan kesetaraan gender di lingkungan keluarga, terutama dalam menghargai perempuan
Peran kita dalam keluarga sangat berpengaruh untuk menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan. Kamu, remaja laki-laki, bisa memulainya di lingkungan terdekat, di rumah misalnya. Berikut beberapa cara menghargai perempuan yang yang dimulai dari lingkungan keluarga.
- Membantu pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci piring, membereskan tempat tidur, hingga menyetrika baju.
- Menyiapkan sarapan sendiri ketika ibu sedang kerepotan.
- Mengganti popok adik bayi dan mengajaknya bermain.
- Menemani kakak perempuan belanja keperluan dapur di pasar.
- Hadir di perkumpulan arisan kompleks, menggantikan ibu yang lagi ada urusan kerja.
- Menyingkirkan gadget saat sedang kumpul keluarga agar lebih intens ngobrol dengan tante, bude, atau eyang putri.
Kalau keluarga bisa setara dalam memperlakukan perempuan, mungkin ke depannya, laki-laki dapat berperan lebih banyak untuk kesetaraan peran.
Kalau sudah begini, enggak hanya menurunkan angka kekerasan perempuan dalam lingkungan keluarga, lebih dari itu, kamu pribadi juga menjadi lebih terbuka, fleksibel, mudah beradaptasi dengan keadaan, terampil di berbagai bidang, lebih ekspresif, dan akhirnya lebih bahagia menjalani kehidupan di masa depan.
Sumber:
https://www.ayahbunda.co.id/balita-psikologi/menerapkan-pola-asuh-yang-sensitif- gender
