Teman-teman pasti sudah tidak asing lagi nih mendengar banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah. Ungkapan-ungkapan seperti, “Ah, rasanya gue pengen balik ke masa remaja, waktu masalah hidup gue cuma sekadar gak ketemu si A!” Waduh, sepertinya ungkapan itu sering kali kita dengar ya, teman-teman. Ungkapan tersebut memanglah benar, pasalnya masa remaja merupakan masa yang paling unik dengan segudang kisah manis di dalamnya. Banyak hal-hal yang belum kita ketahui dan kita alami, terjadi di masa remaja. Selain itu, ketika kita menginjak usia remaja, muncul perubahan yang mencolok dari dalam diri kita. Perubahan tersebut dapat berupa kemampuan bersosialiasi, kemampuan berpikir kognitif, dan munculnya ketertarikan untuk menjalani hubungan yang lebih dekat dengan orang lain. Ketertarikan untuk menjalani hubungan yang lebih dekat dengan orang lain ini merupakan hal umum pada masa remaja, yang biasa kita sebut dengan pacaran.
Hmm, tapi baru-baru ini saya melihat unggahan seorang remaja yang membuat geleng-geleng kepala nih. Bagaimana tidak, remaja itu membagikan pengalamannya menyadap ponsel kekasihnya, melarang kekasihnya bepergian bahkan melarang kekasihnya untuk sekadar menjalin relasi dengan orang lain. Waduh, kalau seperti ini bukan masa indah dong, melainkan masa tertekan, hehe. Sikap remaja tersebut yang dengan bangga membagikan pengalamannya tanpa menyadari bahwa ia telah mendominasi dan mengontrol hidup kekasihnya sangatlah disayangkan.
Umumnya dalam menjalani suatu hubungan, setiap individu akan saling mendukung dan memberi kasih sayang dengan cara yang baik. Sebagai remaja, kita harus bisa memaknai pacaran sebagai sesuatu untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, tak jarang kita temui hubungan yang saling menjatuhkan, menghancurkan, dan mendominasi seperti yang dilakukan remaja di atas. Hubungan inilah yang biasa disebut dengan toxic relationship.
Perlu teman-teman ketahui bahwa toxic relationship ini merupakan jenis hubungan berbahaya dan dapat merusak mental yang mengalaminya.
Nah, dari penjelasan di atas teman-teman sudah paham ‘kan tentang bahaya toxic relationship? Lantas, apa yang harus teman-teman lakukan untuk menyikapi toxic relationship yang sangat berbahaya ini? Yuk, simak lima langkah menyikapi toxic relationship berikut ini.
Toxic relationship pada dasarnya merupakan hubungan yang saling merugikan. Individu di dalamnya cenderung suka mengekang, melarang, dan bertindak posesif. Mereka tidak peduli dengan kebebasan dan privasi pasangannya tetapi mereka ingin selalu diperhatikan dan diprioritaskan. Kalau pacar kalian suka melarang untuk bepergian dan berteman dengan orang lain atau kerjaannya selalu curiga dengan isi handphone teman-teman, bisa
jadi kalian berada dalam toxic relationship, nih. Selain itu, ciri lainnya dapat dilihat ketika teman-teman bertengkar. Alih-alih menyelesaikan masalah bersama, pacar yang toxic tidak ingin disalahkan dan memanipulasi pasangannya. Nah, jika pasangan kalian atau justru kalian sendiri yang bertindak seperti ini, maka hubungan kalian sudah termasuk ke dalam toxic relationship, loh.
Gambar: Toxic vs Healthy Relationship
Berada di dalam toxic relationship bukanlah hal yang mudah. Terkadang sesulit apapun masalah akan terasa lebih ringan jika diceritakan dengan orang lain, terutama orang terdekat. Teman-teman dapat terbuka mengenai hubungan kepada orang tua, sahabat, dan pihak yang lebih profesional. Jangan malu untuk meminta saran dan bantuan apalagi jika pacar kalian sampai melakukan kekerasan baik secara fisik maupun verbal, ya! Bagaimapun, bila sudah masuk kedalam kekerasaan dan pemaksaan, itu sudah melanggar hukum dan tidak baik untuk dilanjutkan loh, teman-teman.
Mengakhiri hubungan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasanya sangat sulit untuk melepas seseorang terlebih lagi orang yang kita sayang. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada kasih sayang yang meninggalkan luka dan kesedihan loh, teman-teman! Kalian harus bisa memutuskan apakah hubungan yang sedang dijalani saat ini layak atau tidak untuk diperjuangkan.
Setelah mengambil keputusan untuk mengakhiri atau memperbaiki hubungan, teman-teman sebaiknya mengelilingi diri dengan hal positif. Ingatlah untuk selalu mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain karena kamu pantas mendapatkannya. Beri diri sendiri waktu untuk beristirahat sejenak dan menenangkan pikiran. Kalian dapat memulai hobi baru atau berkumpul dengan teman dan keluarga. Teman-teman tidak perlu berlarut dalam kesedihan karena sesuatu yang baik pasti akan menghampiri kelak.
Pengalaman adalah guru terbaik. Teman-teman pernah berada dalam toxic relationship dan tidak akan terjebak di dalam lubang yang sama. Selanjutnya, teman-teman harus berhati-hati dalam menjalani hubungan untuk ke depannya. Usahakan teman-teman menentukan tujuan sebelum memulai hubungan, baik itu menjadi support system atau sebagai penyemangat belajar. Jika kalian mengetahui teman-teman kita yang lain sedang terjebak di dalam toxic relationship, kalian dapat membantu mereka untuk keluar dari hubungan toxic relationship tersebut, jangan sampai ada korban lain, ya!
Kita sebaiknya memandang pacaran sebagai suatu wadah untuk berkembang. Dalam pacaran juga diperlukan privasi dan hal tersebut merupakan hak setiap manusia loh, teman-teman. Hak-hak tersebut sebaiknya saling dihormati dan dijaga, bukan untuk dieksploitasi. Selain itu, teman-teman perlu menekankan dalam diri bahwa kalian layak dicintai dengan cara yang pantas. Jalinlah hubungan dengan sewajarnya saja dan jangan berlebihan ya, teman-teman!
Penulis :
Kirana Sanda
Pemenang Pertama Kategori SMA Sobat ASK Article Writing Competition
Sumber :
Gulla, Emily. 2020. Toxic Relationship Sign You Need To Look Out For In Your Couple. Cosmopolitan, (https://www.cosmopolitan.com), diakses 11 September 2020