Separuh dari gangguan mental bermula di usia 14 tahun. (World Health Organisation)
Mengetahui fakta kaya begitu, seharusnya membuat kita menaruh perhatian lebih besar pada kesehatan mental dong ya. Tapi sayang banget, kesehatan mental sepertinya belum mendapatkan perhatian yang cukup. Malah dalam kehidupan sehari-hari sering dijadikan bahan becandaan.
Pasti pernah denger dong, kalau banyak orang bilang “Ih dasar dia sih psikopat”, “Dasar bipolar” atau “Ih, lebay deh pake depresi segala.”
Hal-hal yang kesannya sederhana tersebut justru menunjukkan masih banyak stigma soal kesehatan mental dan stigma bagi mereka yang memiliki gangguan mental. Hasilnya orang-orang malah jadi takut cerita atau mengakui karena khawatir dianggap: aneh, gila, atau lebay.
Hari Kesehatan Mental Sedunia
Makanya setiap tahun sejak 1992, pada tanggal 10 Oktober dirayakan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia untuk memberikan pemahaman bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan perlu menjadi perhatian.
Menariknya tema tahun ini fokus pada kesehatan mental remaja, yaitu: Young People and Mental Health in A Changing World.
Nah bicara soal stigma, sampai saat ini masih banyak yang menganggap bahwa orang yang tidak heterosexual, seperti homosexual (gay/lesbian), bisexual, transgender, transexual, asexual atau komunitas LGBT memiliki gangguan mental atau kejiwaan. Kurang tepat, tuh.
Bahkan oleh World Health Organisation (WHO), homoseksualitas sudah dikeluarkan dari The International Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) alias panduan terkait kesehatan pada tahun 1992, sedangkan transgender sudah tidak lagi dianggap gangguan mental pada tahun 2018 ini. Begitu juga dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)-V, yang berisi klasifikasi gangguan mental dan sering digunakan ahli kejiwaan.
Bicara soal LGBT, biasanya berkaitan dengan coming out. Kalian tahu enggak itu apa?
Coming Out Day
Coming out adalah istilah yang digunakan saat seseorang mengungkapkan orientasi seksualnya pada orang lain.
Sejak 11 Oktober 1987 di Amerika Serikat dicanangkan sebagai Coming Out Day dan dirayakan setiap tahun. Tujuannya adalah untuk mendukung orang-orang yang sedang berjuang coming out sebagai lesbian, gay, transgender, dan/atau bisexual sekaligus untuk memperjuangkan hak yang sama dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Meskipun sudah bukan lagi gangguan mental, namun bukan berarti komunitas LGBT bebas dari gangguan mental. Menurut National Health Service UK, orang LGBT cenderung 3x lebih memungkinkan alami gangguan mental daripada orang yang heteroseksual.
Berikut adalah 3 gangguan mental yang mungkin dihadapi oleh LGBT.
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang menyebabkan seseorang alami perasaan depresif dan hilangnya minat pada aktivitas sehari-hari. Depresi yang dialami oleh LGBT dapat disebabkan oleh diskriminasi, bullying, ataupun kekerasan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk pelecehan dan diskriminasi yang dialami LGBT menyebabkan stress yang kemudian dapat lambat laun berubah menjadi depresi.
2. Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan perasaan takut yang tidak terkontrol dan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Kecemasan yang dialami oleh individu dari komunitas LGBT dapat berkembang menjadi upaya bunuh diri. Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa remaja LGBT akan 2x lebih memungkinkan untuk lakukan bunuh diri daripada heteroseksual.
3. Post Trauma and Stressed Related Disorder (PTSD)
PTSD adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis atau traumatis yang pernah dialami atau disaksikan. LGBT lebih cenderung mengalami PTSD karena mengalami kejadian tidak menyenangkan seperti di-bully, dihina, maupun dilecehkan. Kejadian tidak menyenangkan tersebut dialami karena stigma dan stereotipe masyarakat terhadap orientasi seksual mereka.
Demikian adalah 3 gangguan mental yang mungkin dialami oleh LGBT. Pada intinya, gangguan mental tersebut dialami karena adanya diskriminasi dari masyarakat yang belum bisa sepenuhnya menerima mereka.
Heteroseksual, homoseksual, biseksual, transgender adalah manusia. Yang membedakan satu dan lainnya hanya orientasi seksualnya saja. Dunia akan lebih indah kalau satu sama lain saling menghargai dan menghormati kan? Yuk kita sama-sama hapus stigma dan stereotipe negatif terhadap komunitas LGBT.
Kalau kamu pernah mengalami gangguan mental seperti yang disebutkan di atas atau pun gangguan mental lainnya dan perlu teman bicara. Kamu bisa manfaatkan layanan Konseling Online SobatASK. Gratis dan dijamin kerahasiaannya. Atau kamu mau konseling soal kesehatan seksual dan reproduksi juga bisa.
Sumber:
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing
https://www.nami.org/Find-Support/LGBTQ
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160316_indonesia_lgbt_psikiatri_indonesia
https://www.accessatlanta.com/lifestyles/national-coming-out-day-2017-what-coming-out-day/e8GaFBrO5swQuEnWQaTB5L/
http://www.netralnews.com/news/kesehatan/read/107086/hari.kesehatan.mental.sedunia..begini.se
https://gaya.tempo.co/read/1053026/lgbt-cenderung-mengidap-penyakit-mental-ini-kata-psikolog/full&view=ok
https://www.healthline.com/health/depression/gay
http://www.who.int/mental_health/world-mental-health-day/2018/en/