Apapun yang kamu lakukan dengan pasanganmu, mulai dari pegangan tangan, ciuman, sampai berhubungan seks harus banget dilakukan atas dasar kesepakatan, alias konsensual.
Artinya, enggak ada keterpaksaan atau tekanan dari siapa pun, pada siapa pun untuk melakukan apa pun. Kamu enggak merasa dipaksa, dia enggak merasa dipaksa. Aktivitas seksual yang dilakukan tanpa kesepakatan itu sudah termasuk pelecehan seksual. Tapi, kita suka rancu soal apa saja yang bisa dianggap persetujuan.
Nah, biar kita enggak bingung, berikut daftar beberapa hal yang enggak termasuk tanda persetujuan atau konsensual. Di antaranya…
Saat Dia Diam Saja
Jangan percaya sama sinetron: korban pelecehan seksual tidak selalu teriak-teriak minta tolong dan nangis. Kebanyakan korban pelecehan seksual diam saja. Entah karena mereka syok atau karena mereka takut akan disakiti lebih jauh kalau memberontak.
Diam tak selalu berarti setuju. Kadang dia diam karena dia bingung harus bilang apa atau takut menolak. Daripada kamu memaksa dia melakukan sesuatu yang enggak dia mau, mending kamu tanya, apakah dia nyaman atau enggak.
Saat Dia Mau Melakukannya… Kemarin
Hanya karena dia mau kamu cium minggu lalu, bukan berarti dia mau dicium sekarang. Mungkin dia ternyata merasa kurang nyaman. Mungkin dia sedang enggak mood. Mungkin menurutnya mulutmu bau jengkol.
Apapun alasannya, hanya karena sebelumnya dia mau melakukan sesuatu, bukan berarti dia akan selalu mau melakukan hal tersebut. Lagi-lagi, sebaiknya kamu bertanya.
Kalau Dia Setuju… Lalu Berubah Pikiran
Dia sudah mau kamu pegang tangannya, ehh, tiba-tiba dia merasa enggak nyaman dan enggak mau dipegang tangannya lagi.
Apakah dia kentang? Apakah dia nyebelin? Lho, enggak dong. Seseorang mungkin saja setuju untuk melakukan sesuatu, kemudian berubah pikiran di tengah jalan. Mungkin setelah dia coba, ternyata dia kurang nyaman melakukan hal tersebut. Apapun alasannya, kamu harus menghormati keputusannya dan berhenti.
Kalau Dia Setuju Melakukan Sesuatu… yang Lain
Hanya karena dia mau dipegang tangannya olehmu, bukan berarti dia mau dipeluk. Hanya karena dia mau dipeluk sama kamu, bukan berarti dia mau dicium. Hanya karena dia mau dicium sama kamu, bukan berarti dia mau jadi pacar kamu. Intinya, kalau dia mau kamu cium, ya sudah kamu cium saja. Jangan melakukan yang lebih dari itu kecuali dia mau. Karena, kamu juga perlu menghormati batasan yang dia berikan.
Kalau Dia Sepakat… karena Dia Enggak Tahu
Misalnya, dia mau jalan dan dicium sama kamu. Tapi, dia enggak tahu kalau kamu sudah punya pacar. Dia juga enggak tahu kalau kamu sebenarnya sakit rajasinga. Apakah dia sudah mengambil keputusan yang bijak?
Tentu saja tidak. Dia tidak paham risiko dari persetujuan tersebut, sehingga dia memberikan persetujuan yang enggak bijak. Bayangin kalau kamu mau dicium seseorang, tapi ternyata dia pacar orang. Coba kalau kamu sudah tahu dia pacar orang sebelum kamu dia cium, pasti kamu mikir dua kali, kan?
Kalau Dia Sepakat… Karena Kamu Paksa
Kalau seseorang sudah bilang enggak, tapi kamu memaksanya lalu dia mau, itu tetap bukan kesepakatan. Memaksa bukan berarti mengancam dengan kekerasan, lho. Kamu bisa saja bilang dan memaksa dengan dalih “tanda cinta”, walaupun dia sudah jelas-jelas enggak mau. Kamu bisa saja bilang bahwa kalau dia enggak mau, kamu akan mutusin dia.
Hal seperti itu enggak terjadi sekali dua kali, lho. Banyak kasus kekerasan dalam pacaran terjadi berdasarkan hal-hal kecil kayak gini.
Kalau Dia Enggak Bisa Memberi Kesepakatan
Kalau dia mabuk atau tidak sadar diri, mana mungkin dia bisa memberi kesepakatan? Hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak yang di bawah umur, lho. Mereka dianggap terlalu kecil untuk mengambil keputusan dan memahami risiko dari pilihannya.
Ternyata, banyak banget hal-hal kecil yang termasuk pelecehan seksual karena dilakukan tanpa kesepakatan. Kalau kamu merasa pernah jadi korban seperti itu atau kenal temanmu yang jadi korban, jangan khawatir karena #KamuTidakSendirian.