Bagikan Artikel ini
SobatASK - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Kamu Gak Sendirian!

Apa itu Heteronormatif ?

Sobat ASK mau ngenalin kalian nih sama seseorang yang kamu temui setiap hari, bahkan selalu kamu ajak ke mana-mana. Eh, bukan seseorang sih. Lebih tepatnya, sesuatu.

Kenalkan, namanya heteronormativitas. 

Iya, namanya memang panjang dan rada repot. Tapi, sadar atau enggak sadar, sebenarnya heteronormativitas adalah sesuatu yang keliatan banget di kehidupan sehari-hari kita.

Gampangnya, heteronormativitas adalah anggapan bahwa semua orang di muka bumi ini adalah heteroseksual alias menyukai lawan jenis, dan memiliki peran serta sifat-sifat yang sama. Dalam cara pikir ini, kamu bakal beranggapan bahwa itu adalah keadaan alami yang sudah bawaan dari sananya dan siapapun yang enggak sesuai dengan itu dianggap “enggak normal.”

Masih bingung? Nih, lima contoh hal sehari-hari yang sebenarnya heteronormatif.

 

1. Kamu Bilang Ada yang ‘Normal’ dan ‘Belok’

Kalau ada teman kamu yang menyukai sesama jenis, kamu bilang dia gay dan lesbian (sesuai orientasi seksualnya), atau ‘belok’? Kalau ada teman kamu yang menyukai lawan jenis, kamu bakal bilang dia hetero (orientasi seksual dia), atau bilang dia ‘normal’?

Pola pikir heteronormatif membuat kamu berpikir bahwa semua orang terlahir heteroseksual dan siapapun yang enggak hetero itu otomatis ‘belok’. Padahal, ada banyak banget faktor biologis atau bawaan yang bisa mempengaruhi orientasi seksual seseorang.

Lagipula, seksualitas itu cair. Kamu mungkin sukanya cewek berambut panjang, tapi setelah itu, kamu bisa saja naksir sama yang rambutnya pendek, kan? Selama kamu nyaman dan dorongan itu lahir dari kamu sendiri. Hal yang sama berlaku juga pada orientasi seksual dan ekspresi seseorang. Jadi, enggak masuk akal kalau ada yang dibilang ‘normal’ dan ‘enggak normal’ atau ‘belok’. Karena itu bukanlah hal yang tidak normal.

Baca: Cinta Normal: Heteroseksual, Homoseksual, Biseksual, dan Panseksual

 

2. Kamu Mengkotak-Kotakkan Peran dan Ekspresi Gender

Heteronormatif sebenarnya enggak cuma beranggapan bahwa orientasi seksual hetero saja yang normal. Mereka juga beranggapan bahwa peran gender yang ‘umum’ itu juga bawaan dan alami.

Laki-laki katanya berfungsi sebagai pencari nafkah. Perempuan katanya harus merawat rumah tangga. Selain itu, cowok katanya harus maskulin, gagah, ganteng, suka berantem, dan mainnya mobil-mobilan. Cewek katanya lebih sensitif, lembut, manja, dan main boneka.

Dalam pola pikir heteronormatif, orang yang enggak sesuai dengan ‘peran umum’ kayak gitu dianggap enggak normal juga. Mungkin kamu pernah ditolak sama gebetan karena dia bilang, perempuan enggak pantes nembak duluan. Atau kamu yang laki-laki dianggap kayak cewek hanya karena kamu hobi masak dan nonton Masterchef di TV. Padahal, ketertarikan orang kan berbeda-beda. Kalau kamu lihat ada perempuan suka nonton bola atau laki-laki seneng nonton sinetron, itu bukan hal yang tidak normal.

 

3. Kamu Berasumsi Cuma ada Laki-Laki dan Perempuan

Nah, lho!

Coba kamu pikirin deh. Gimana caranya peran-peran yang kita obrolin di nomor 2 bisa terjadi? Karena kita berasumsi di dunia ini cuma ada sosok yang kita sebut “laki-laki” dan “perempuan.” Ini yang disebut gender binary, yaitu peran gender yang hanya dianggap ada dua sisi yang berlawanan: laki-laki dan perempuan. Sehingga yang tidak berada di salah satu dari dua titik tersebut (misalnya di tengah-tengah, kecenderungan ke salah satu dan sebagainya) dianggap tidak normal.

Terus, gimana dengan orang yang ada di luar gender binary itu? Gimana dengan orang yang enggak merasa nyaman menjadi laki-laki maupun perempuan, atau enggak mau dikotak-kotakkan kayak gitu alias queer? Mereka jadi korban diskriminasi juga karena pola pikir yang heteronormatif.

 

4. Kamu Memandang Sebelah Mata Orang yang Keluarga atau Hubungannya ‘Enggak Normal’

Hubungan seperti apa yang paling ‘normal’ dan sesuai harapan masyarakat?

Idealnya, pasangan yang baik adalah pasangan yang heteroseksual, dengan peran gender yang sesuai banget sama anggapan heteronormatif (laki-laki cari nafkah, perempuan urus rumah), sudah menikah atau berkomitmen, memiliki anak/sudah bereproduksi, dan berkecukupan secara finansial.

Sekarang, bayangin kalau ada keluarga atau pasangan yang hetero yang sudah menikah, tapi memutuskan untuk menunda atau tidak memiliki anak? Pasti mereka bakal ditanyain melulu sama mertua dan saudara-saudaranya, kan. Nah, enggak punya anak aja begitu, apalagi pasangan yang homoseksual, tidak menikah atau berkomitmen, dan tidak punya anak?

Lagi-lagi, pola pikir heteronormatif sedang beraksi. Sama seperti kita jadi berpikir laki-laki harus macho dan perempuan harus sensitif, heteronormativitas membuat kita berpikir bahwa hanya ada satu cara untuk berhubungan dan berkeluarga, dan cara-cara lain otomatis salah.

 

 

Sumber:
everydayfeminism.com/2015/07/what-is-heteronormativity/
queerdictionary.blogspot.co.id/2014/09/definition-of-heteronormativity.html

Ingin Mendapatkan Kabar Terbaru dari Kami?

Berlangganan Nawala Yayasan Gemilang Sehat Indonesia

Logo Yayasan Gemilang Sehat Indonesia - Full White

Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) merupakan lembaga non-profit atau NGO yang bekerja di Indonesia sejak 1997 untuk isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kami percaya bahwa seksualitas dan kesehatan reproduksi manusia harus dilihat secara positif tanpa menghakimi dan bebas dari kekerasan.

Keranjang
  • Tidak ada produk di keranjang.