“Cowok itu harus macho”
“Cowok kalau ngga ikut tawuran mah cemen!”
Gerah ngga sih denger ungkapan-ungkapan kaya begitu?
Persepsi masyarakat tentang cowok seperti itu harus dihapus! Akibat persepsi yang salah tersebut, banyak cowok melakukan kekerasan hanya untuk terlihat macho. Caranya bermacam-macam, bisa dengan cara tawuran, pukul-pukulan, bahkan hingga melakukan tindakan kriminal. Seolah-olah kalau cowok berlaku kasar adalah wajar. Padahal jelas ngga wajar dong.
Menurut peneliti Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Bestha Inatsan, hasil studi yang dilakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 89,1 persen kejahatan di DKI Jakarta dilakukan oleh kaum laki-laki.
Hampir 90 persen loh! ????
Salah satu penyebabnya adalah persepsi yang salah dari masyarakat dan tuntutan peran terhadap cowok yang sering dikaitkan dengan kekerasan, sehingga cowok “terdorong” melakukan kekerasan hanya demi terlihat lebih macho.
Ditambah lagi tuntutan tidak masuk akal untuk cowok agar selalu terlihat kuat, tidak boleh menangis, dan tidak menunjukkan perasaannya. Padahal cowok juga kan manusia yang punya perasaan. Ini dia 3 alasan cowok dan kekerasan itu tidak ada hubungannya!
1. Itu semua cuma stereotipe!
Sama seperti prasangka “orang cina pasti pelit” atau “cewek harus jadi ibu rumah tangga”, semua itu hanyalah perspektif kuno yang tidak harus dituruti. Stereotipe bukanlah sebuah fakta.
Justru akibat stereotipe tersebut malah dapat menimbulkan permasalahan psikologis bagi cowok seperti kemampuan mengolah emosi yang kurang baik bahkan dapat menyebabkan depresi.
2. Gender dan jenis kelamin itu berbeda
Ini dia perbedaannya:
- Jenis kelamin bersifat biologis, seperti alat kelamin dan berkaitan dengan kromosom.
- Gender adalah ekspektasi sosial mengenai bagaimana seseorang untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya.
- Identitas gender adalah bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya melalui pakaian, perilaku ataupun penampilannya.
Contohnya, aktris/penyanyi/model terkenal Ayushita berjenis kelamin perempuan, namun ekspresi gendernya lebih ke arah laki-laki, atau yang biasa disebut orang “tomboy”. Meskipun Ayushita ekspresi gendernya laki-laki, hal ini tidak melepaskan fakta bahwa Ayushita berjenis kelamin perempuan.
https://www.instagram.com/p/BoU_U_Sgz1u/?taken-by=ayushita
Contoh lainnya social media influencer terkenal Jovi Adhiguna, ia berjenis kelamin laki-laki, namun ekspresi gendernya lebih ke arah perempuan. Bisa dilihat dari cara berpakaiannya yang lebih terlihat feminin, tapi Jovi tetap seorang cowok.
https://www.instagram.com/p/BoG70hrlusi/?taken-by=joviadhiguna
3. Cowok juga punya kehendak bebas!
Zaman sekarang, sudah banyak perempuan yang menyebut dirinya feminisme, memperjuangkan kesetaraannya dengan laki-laki. Kalau cewek bisa melawan stereotipe, maka cowok juga bisa.
Cowok juga bisa melawan stereotipe soal bagaimana menjadi “cowok sejati” yang kasar atau agresif. Tiap manusia punya sifat dan pembawaannya masing jadi cowok juga punya kehendak bebas. Bebas untuk berpikir, berperilaku, dan mengekspresikan dirinya dengan cara yang ia pilih selama tidak merugikan orang lain, tanpa dihakimi oleh stereotipe.
Nah itu dia, 3 alasan kenapa cowok dan kekerasan tidak ada hubungannya. Dan anggapan cowok harus macho dan kasar merupakan stereotipe yang salah. Oleh karena itu, mari kita lawan stereotipe-stereotipe ini bersama!
Ada kutipan yang pas banget nih dari Kahlil Gibran:
Tenderness and kindness are not signs of weakness and despair, but manifestations of strength and resolution.
Apabila kamu memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai pubertas dan kesehatan seksual ataupun reproduksi remaja, maka kamu bisa mengunjungi laman Ruang Belajar milik SobatAsk. Di Ruang Belajar, kamu dapat mengenal lebih jauh soal kesehatan reproduksi secara gratis. Tunggu apa lagi? Yuk, belajar bareng!
Sumber:
https://science.howstuffworks.com/life/inside-the-mind/emotions/men-more-violent.htm
https://prezi.com/avqlql1b9uzh/pengertian-jenis-kelamin-dan-gender/
https://news.detik.com/berita/3538946/mappi-pelaku-kejahatan-di-jakarta-89-persen-laki-laki
https://www.psychologytoday.com/us/blog/parenting-purpose/201803/strict-gender-roles-hurt-men-too-0
https://www.plannedparenthood.org/learn/sexual-orientation-gender/gender-gender-identity