Seperti yang sudah Rutgers paparkan di artikel sebelumnya, bahwa kekerasan verbal itu bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Pun enggak cuma bisa datang dari teman sekolah saja, melainkan juga dari para pendidik atau guru-guru di sekolah.
Jika kekerasan fisik oleh guru biasanya berupa hukuman seperti disuruh lari, push up, dijemur, dijewer, hingga yang paling parah sampai ditampar, lalu seperti apa ya bentuk kekerasan verbal yang kerap dilakukan oleh guru di sekolah?
Supaya kamu lebih aware dan waspada, berikut beberapa bentuk kekerasan verbal yang kerap dilakukan oleh guru terhadap siswanya di sekolah.
Berteriak atau menggunakan nada keras yang berlebihan saat berbicara
Kalau ada siswa yang bandel dan susah diatur, enggak jarang guru berteriak atau menggunakan nada keras saat bicara sebagai teguran yang tegas. Tapi kalau sang guru melewati batas dengan selalu meneriaki siswa yang bermasalah tanpa kontrol diri, apalagi disertai dengan umpatan kasar, maka ini sudah terhitung kekerasan verbal.
Melabeli nama siswa dengan kata-kata negatif
Terkadang ada siswa yang terkenal bandel atau punya latar belakang kurang disukai di sekolahnya. Nah, jika sang guru lalu menggunakan kekurangan atau latar belakang siswanya ini untuk dijadikan name-calling atau pelabelan nama, itu namanya kekerasan verbal juga.
Misalnya, memanggil Todi, yang orang tuanya adalah seorang narapidana dengan sebutan “Todi anaknya napi”. Kasar banget sih ini~
Membanding-bandingkan siswa yang satu dengan yang lain
Adalah hal wajar jika ada siswa yang lebih ‘tertinggal’ dari siswa lainnya. Namun terkadang hal ini dijadikan guru sebagai bahan perbandingan. Tapi kalau sampai berlebihan, misalnya: “Lihat tuh si Ratih, ngerjain soal selalu beres, nilainya selalu bagus. Enggak kayak kamu nih, bodoh kok terus-terusan”, Wah, ini sih sudah masuk kekerasan verbal, ya!
Menggoda dan merayu siswa
Kasus pelecehan seksual yang menggunakan ‘panggilan jahil’ juga bisa terjadi di lingkungan sekolah, lo. Biasanya kekerasan verbal ini berkedok pujian, misalnya, “Selamat pagi, anak ganteng. Baru cukur rambut, ya?”. Atau berkedok nasihat, seperti, “Jangan ngambek, cantik. Senyum, dong!”.
Ssbetulnya sah-sah saja sang guru melontarkan kalimat-kalimat seperti ini, tapi kalau menggunakan nada bahasa yang kurang pantas, apalagi sampai merayu layaknya oknum catcalling di jalanan, bisa masuk kategori kekerasan verbal.
Membentak, memfitnah, menghina, hingga mengancam siswa disertai umpatan atau kata-kata kasar
Kalau sampai ada gurumu yang memarahi atau membentakmu di depan umum, menghina dengan perkataan bermuatan SARA, merendahkan kemampuanmu, apalagi sampai mengancam dengan kata-kata kasar, sudah jelas namanya kekerasan verbal.
Misalnya, “Kamu itu anak Papua, enggak usahlah sok-sokan mau jadi pahlawan di sekolah”.
adang-kadang suka mikir, masa sih ada guru yang sampai melakukan kekerasan verbal kayak gitu? Ya, nyatanya masih banyak kasusnya. Rutgers cuma pengin beri gambaran saja, supaya kamu lebih mengenali bentuk dan contoh-contoh kekerasan verbal yang terjadi di sekolah, termasuk oleh guru. Semoga sih guru-gurumu enggak begitu, ya!
Sumber:
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/annisa/article/download/667/495
https://www.noodle.com/articles/how-to-catch-a-verbally-abusive-teacher
https://www.cfschools.org/health-and-safety/bullying/verbal-bullying
https://jurnal.unma.ac.id/index.php/jee/article/download/2418/1961
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0145213417304064